Mohon tunggu...
Siti Mahmudah
Siti Mahmudah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Esensi Tasawuf dalam 6 Teori Akar Kata Tawasuf

29 November 2023   17:52 Diperbarui: 4 Desember 2023   23:33 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tasawuf pada hakikatnya adalah dimensi dalam dan esoteris ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan perilaku Rasulullah. Akar tasawuf, juga dikenal sebagai ihsan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah ihsan, dan ihsan adalah tasawuf. Menurut guru besar ilmu tasawuf UIN Jakarta, Prof. Asep Usman Ismail, pengertian tasawuf dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama dari sudut pandang asal-usul kata atau etimologi, dan kedua dari sudut pandang terminologi.

Secara etimologi, kata “tasawuf” menimbulkan berbagai teori yang mencerminkan makna dan esensi yang terkandung di dalamnya. Untuk memahami esensi kata “tasawuf,” dapat dilihat melalui enam teori kata tasawuf. Pertama, teori yang mengaitkan tasawuf dengan kata “safa,” secara leksikon berarti bersih, jernih, dan bening. Teori ini didasarkan pada prinsip bahwa esensi tasawuf terletak pada proses menyucikan batin, jiwa, atau nafs dari kekufuran, kemusyrikan, kemunafikan dan penyakit hati.

Kedua, teori yang mengaitkan tasawuf dengan kata “saff,” yang berarti barisan. Teori ini mencerminkan pandangan bahwa para sufi menduduki posisi istimewa dalam barisan pertama di hadapan Allah, menunjukkan kedekatan mereka dengan Sang Pencipta. Teori ketiga tasawuf dihubungkan dengan kata “safwah,” yang berarti pilihan. Para sufi dianggap sebagai safwah al-ummah, umat yang dipilih karena pemahaman mendalam mereka tentang spiritualitas dan kedekatan dengan Tuhan.

Teori keempat membahas asal-usul tasawuf dari kata “suffah,” yang merujuk pada tempat duduk (bangku) yang terbuat dari batu atau kayu. Teori ini berdasarkan pada fakta sejarah peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terutama berkenaan dengan Masjid Nabawi di Madinah. Di masjid ini ada kelompok yang disebut dengan Ahlu-Shuffah, yaitu para sahabat yang kehilangan harta dan keluarga, tetapi tekun beribadah, hidup sederhana dan tidur di atas suffah.

Ada juga teori yang mengaitkan tasawuf dengan kata-kata Yunani, terutama “theosophy” yang berarti kearifan Tuhan. Konsep ini membawa unsur filosofis ke dalam tasawuf, menyoroti pencarian kebijaksanaan spiritual yang mendalam. Teori terakhir mengkaitkan tasawuf dengan kata “suf,” yang berarti bulu domba. Konsep ini mencerminkan sifat kehalusan dan kelembutan jiwa para sufi dalam perjalanan mereka mencapai kedekatan dengan Tuhan.

Dalam enam teori yang mengupas asal-usul kata “tasawuf,” dua kata kunci, yaitu “suff” dan “safa,” muncul sebagai pusat perhatian. Kedua kata ini dianggap lebih tepat dan secara luas diyakini sebagai akar kata dari “tasawuf,”. Teori kata “suff” yang berarti bulu domba membawa nuansa kelembutan dan ketundukan. Para ahli percaya bahwa kata ini mencerminkan sifat spiritualitas dalam tasawuf, yang menekankan kedamaian, kerendahan hati, dan ketaatan kepada Allah. Di sisi lain, “safa” yang bermakna bersih, jernih, dan bening, memberikan dimensi kebersihan jiwa. Dengan berpegang pada konsep “safa,” tasawuf menjadi landasan bagi kehidupan rohani yang bersih.

Sementara secara terminologi, pengertian tasawuf sangat beragam tergantung siapa yang mendefinisikanya. Junail al-Bagdadi mengatakan bahwa tasawuf adalah keberadaan hamba bersama Allah SWT tanpa adanya penghalang. Selain itu, Abu al-Qasim al Qusyairi menambahkan bahwa tasawuf merupakan ajaran yang menjabarkan Al-Qur'an dan sunah, berjuang mengendalikan hawa nafu, menjauhi perbuatan bidah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah.

Berdasarkan sekian banyak definisi diatas, dapat diambil suatu inti bahwa ilmu tasawuf merupakan ilmu yang mempelajari tentang usaha-usaha dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan bertekun diri dalam beribadah, membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, menghias diri dengan sifat-sifat terpuji, tidak mementingkan urusan dunia, merasa cukup atas segala pemberian Allah atas dirinya disertai tawakkal kepada Allah SWT.

Menurut pendapat M. Amin Syukur, pada dasarnya tasawuf merupakan jalan atau cara yang ditempuh oleh seseorang untuk mengetahui tingkah laku nafsu dan sifat-sifat nafsu, baik yang buruk maupun yang terpuji. Karena itu kedudukan tasawuf dalam Islam diakui sebagai ilmu agama yang berkaitan dengan aspek-aspek moral serta tingkah laku yang merupakan substansi Islam. Dimana secara filsafat sufisme itu lahir dari salah satu komponen dasar agama Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Kalau iman melahirkan ilmu teologi (kalam), Islam melahirkan ilmu syari'at, maka ihsan melahirkan ilmu akhlaq atau tasawuf.

Pada intinya, tasawuf identik dengan ihsan, yang merupakan perwujudan kebaikan dan transformatif dari seseorang kepada orang lain, kepada lingkungan, dan pada akhirnya kepada Allah. Jadi, inti tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dari kekufuran, kemusyrikan, penyakit hati, dan sifat-sifat tercela dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun