Untuk siapapun yang membaca ini, kamu kuat.
Bisa kamu bayangkan bagaimana rasanya terjaga semalaman dengan dada yang sesak sebab menyimpan banyak luka? Saat sebagian orang sudah lelap dengan tidurnya, kamu justru menangis di sudut kamar dengan guling yang kamu peluk erat erat sebagai penguat. Kenapa aku katakan 'sebagian orang'? Sebab jauh di sudut bumi sana, banyak yang seperti kamu, kamu tidak sendiri dengan lukamu itu.
Sesak memang saat kamu berharap bisa tidur dengan tenang tapi pikiran buruk, kecemasan, ketakutan dan rasa sakit menghantui malammu. Tidak ada yang tahu bagaimana masa lalumu yang kelam dan kecemasan masa depan yang membuatmu terjaga semalam. Kenangan lama yang menyakitkan sering kali membuatmu ketakutan mengambil langkah di masa depan.
Kamu terisak di sela sela nafasmu yang tercekat, tersedu dengan tangan yang menutup rapat mulut agar orang rumah tak terbangun sebab tangismu. Kamu dipeluk ketakutan ketakutan sementara tidak ada orang yang mau menyelamatkanmu dari semua itu. Kamu menangis di sudut kamar, merasakan hatimu yang semakin perih dan ucapan mulut jahat yang semakin membawamu ke dalam kesedihan.
Malam semakin gelap dan sunyi, hanya suara denting jam yang bisa kau dengar tapi justru tangismu semakin menjadi. Tubuhmu bergetar menahan sesak di dada. Kalau bisa, kamu mungkin berpikir tidak ingin memiliki hati agar tak merasakan sakit yang mendera. Kalau bisa, kamu mungkin akan memilih mati. Tapi akalmu masih berfungsi, kamu masih berpikir untuk menyenangkan orang lain, paling tidak kamu dan orang tuamu. Paling tidak, kamu mati dalam keadaan bebas dari sakit hati.
Duhai tubuh yang semakin hari semakin rapuh, aku memohon untuk kebaikan orang orang yang hatinya dipenuhi kesedihan, tolong jadilah kuat.
Duhai kaki yang tidak lagi bisa berpijak dengan tegak, aku memohon untuk bertahan sedikit lebih lama untuk mereka yang langkahnya masih panjang.
Duhai hati yang semakin hari semakin koyak, tolong jangan lemah. Jangan sakit sedikit saja minta dikasihani.
Dan kamu pikiran, tolong jangan mempengaruhi, jangan biarkan hal hal negatif meracuni.
Untuk siapapun yang membaca ini, aku tahu ada banyak luka yang membuat dadamu sesak, ada banyak kecemasan, ketakutan, dan bayangan kegagalan di masa depan. Tapi Duhai, kamu kuat, tolong percaya padaku. Kamu sudah melewati lebih dari seribu malam dengan air mata, jadi kamu pasti bisa melewatinya di masa depan, ya?
Kamu sudah melewati hari dengan sangat baik, kamu tertawa, kamu sangat pandai menyembunyikan luka walau malamnya berubah menjadi manusia paling menderita. Tak apa, kamu hebat, percayalah.
Untuk siapapun yang membaca ini, kamu tidak sendiri. Saat kamu menangis di sudut kamar yang lampunya sengaja kamu temaramkan, Tuhan sedang menatapmu dengan senyuman kebanggaan. Bangga atas apa yang selama ini kamu perjuangkan, bangga bahwa kamu bisa kuat hingga detik ini. Bangga bahwa kamu menjadi manusia yang tidak ingin membuat manusia lain bersedih. Kamu mungkin merasa sendirian saat itu, tidak ada yang tahu kamu menangis, tidak ada yang merangkulmu dalam tangis, tapi Tuhan ada disampingmu kala itu. Mengusap kepalamu dengan lembut lalu berbisik "Aku menyanyangimu wahai hambaKu yang kuat."
Untuk siapapun yang membaca ini, tolong bertahanlah dengan luka luka itu. Peluk dia erat erat dan jangan kamu benci. Sebab dia yang akan mengajarimu arti kekuatan. Mengajari bagaimana tetap mencintai hal yang membuatmu terluka. Tidak perlu takut dengan kegagalan di masa depan, jalani apa yang ada sekarang. Perjuangkan dan berusaha sebaik mungkin yang kamu bisa. Kamu hebat, aku percaya.
Kamu harus tahu ini, kamu hebat dengan luka luka itu atau tanpanya sekalipun. Kamu hebat, sangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H