Mohon tunggu...
Siti Maghfiroh
Siti Maghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya adalah seorang guru muda di SD 3 Cranggang Dawe Kudus yang bercita-cita menjadi pribadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Berdiferensiasi. Mengapa Hanya Siswa yang Berdiferensiasi, Lantas Guru?

26 Juni 2024   09:57 Diperbarui: 26 Juni 2024   17:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pembelajaran kelas 6 di SD 3 Cranggang, dok. pribadi

Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia berfokus pada upaya untuk menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan dan potensi setiap siswa. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam dunia pendidikan Indonesia. Namun, satu pertanyaan penting yang muncul adalah: Mengapa hanya siswa yang diberi diferensiasi dalam kurikulum ini, sementara guru, terutama di tingkat SD, tidak mendapatkan perlakuan yang sama, padahal kemampuan guru juga berbeda-beda?

Diferensiasi dalam Pendidikan: Fokus pada Siswa

Diferensiasi dalam pendidikan bertujuan untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Dengan diferensiasi, siswa diberikan kebebasan untuk belajar sesuai dengan tempo dan gaya belajar mereka sendiri. Kurikulum Merdeka memfasilitasi ini melalui berbagai metode seperti proyek berbasis pembelajaran, penilaian yang beragam, dan fleksibilitas dalam memilih mata pelajaran.

Keuntungan utama dari pendekatan ini adalah peningkatan keterlibatan siswa dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran. Siswa yang memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi topik yang diminati cenderung lebih termotivasi dan berprestasi lebih baik.

Mengapa Tidak untuk Guru

Meskipun diferensiasi untuk siswa sudah mulai diterapkan, ada beberapa alasan mengapa hal yang sama belum diterapkan secara luas untuk guru, terutama di tingkat SD:

  • Struktur Sistem Pendidikan yang Kaku

 Sistem pendidikan di Indonesia masih banyak diatur oleh kebijakan dan regulasi yang kaku. Ini mencakup standar kurikulum, metode pengajaran, dan evaluasi kinerja guru yang seragam. Dalam konteks ini, sulit untuk memberikan diferensiasi kepada guru karena ada tekanan untuk memenuhi standar yang sama di seluruh negeri.

  • Kurangnya Pelatihan dan Sumber Daya

Guru sering kali tidak memiliki akses ke pelatihan dan sumber daya yang cukup untuk mengembangkan keterampilan mereka secara individual. Pelatihan guru biasanya bersifat umum dan tidak selalu disesuaikan dengan kebutuhan atau kemampuan individu. Selain itu, sumber daya yang tersedia untuk mendukung pengembangan profesional guru sering kali terbatas.

  • Evaluasi dan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja guru sering kali didasarkan pada standar yang seragam, tanpa mempertimbangkan konteks dan kemampuan individual. Ini membuat sulit untuk menerapkan diferensiasi karena guru merasa harus memenuhi kriteria yang sama tanpa memperhatikan kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.

  • Keterbatasan Infrastruktur

Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, menghadapi keterbatasan infrastruktur yang signifikan. Kekurangan fasilitas, akses teknologi yang terbatas, dan jumlah guru yang sedikit membuat implementasi diferensiasi menjadi tantangan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun