Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia berfokus pada upaya untuk menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan dan potensi setiap siswa. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam dunia pendidikan Indonesia. Namun, satu pertanyaan penting yang muncul adalah: Mengapa hanya siswa yang diberi diferensiasi dalam kurikulum ini, sementara guru, terutama di tingkat SD, tidak mendapatkan perlakuan yang sama, padahal kemampuan guru juga berbeda-beda?
Diferensiasi dalam Pendidikan: Fokus pada Siswa
Diferensiasi dalam pendidikan bertujuan untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Dengan diferensiasi, siswa diberikan kebebasan untuk belajar sesuai dengan tempo dan gaya belajar mereka sendiri. Kurikulum Merdeka memfasilitasi ini melalui berbagai metode seperti proyek berbasis pembelajaran, penilaian yang beragam, dan fleksibilitas dalam memilih mata pelajaran.
Keuntungan utama dari pendekatan ini adalah peningkatan keterlibatan siswa dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran. Siswa yang memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi topik yang diminati cenderung lebih termotivasi dan berprestasi lebih baik.
Mengapa Tidak untuk Guru
Meskipun diferensiasi untuk siswa sudah mulai diterapkan, ada beberapa alasan mengapa hal yang sama belum diterapkan secara luas untuk guru, terutama di tingkat SD:
- Struktur Sistem Pendidikan yang Kaku
 Sistem pendidikan di Indonesia masih banyak diatur oleh kebijakan dan regulasi yang kaku. Ini mencakup standar kurikulum, metode pengajaran, dan evaluasi kinerja guru yang seragam. Dalam konteks ini, sulit untuk memberikan diferensiasi kepada guru karena ada tekanan untuk memenuhi standar yang sama di seluruh negeri.
- Kurangnya Pelatihan dan Sumber Daya
Guru sering kali tidak memiliki akses ke pelatihan dan sumber daya yang cukup untuk mengembangkan keterampilan mereka secara individual. Pelatihan guru biasanya bersifat umum dan tidak selalu disesuaikan dengan kebutuhan atau kemampuan individu. Selain itu, sumber daya yang tersedia untuk mendukung pengembangan profesional guru sering kali terbatas.
- Evaluasi dan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja guru sering kali didasarkan pada standar yang seragam, tanpa mempertimbangkan konteks dan kemampuan individual. Ini membuat sulit untuk menerapkan diferensiasi karena guru merasa harus memenuhi kriteria yang sama tanpa memperhatikan kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.
- Keterbatasan Infrastruktur
Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, menghadapi keterbatasan infrastruktur yang signifikan. Kekurangan fasilitas, akses teknologi yang terbatas, dan jumlah guru yang sedikit membuat implementasi diferensiasi menjadi tantangan besar.