Pandemi COVID-19Â telah mengubah lanskap pendidikan secara drastis, mendorong peralihan besar-besaran ke pembelajaran daring. Sementara pembelajaran daring menawarkan fleksibilitas dan aksesibilitas yang lebih besar, dampak psikologisnya pada generasi Z, yang tumbuh dengan teknologi digital, patut diperhatikan.
1. Kecemasan dan Stres yang Meningkat
Salah satu dampak paling menonjol dari pembelajaran daring adalah peningkatan tingkat kecemasan dan stres pada siswa. Beban tugas yang berat, tenggat waktu yang ketat, dan kurangnya interaksi tatap muka dengan guru dan teman sebaya dapat memicu perasaan terisolasi, kewalahan, dan tidak pasti. Ketidakmampuan untuk fokus dan konsentrasi yang terganggu juga menjadi masalah umum.
2. Gangguan Pola Tidur dan Kesehatan Mental
Penggunaan perangkat elektronik secara intensif untuk pembelajaran daring dapat mengganggu pola tidur siswa. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar komputer dan ponsel dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Kurang tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, termasuk meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
3. Kesulitan dalam Beradaptasi
Generasi Z, yang terbiasa dengan interaksi sosial langsung dan pembelajaran di kelas, mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan model pembelajaran yang lebih mandiri dan berbasis teknologi. Beberapa siswa mungkin merasa kesulitan dalam mengatur waktu belajar, memotivasi diri, dan menyelesaikan tugas tanpa pengawasan langsung dari guru.
4. Kurangnya Interaksi Sosial
Pembelajaran daring dapat membatasi peluang siswa untuk berinteraksi secara sosial dengan teman sebaya. Interaksi sosial yang sehat sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional remaja. Kurangnya interaksi tatap muka dapat menyebabkan perasaan kesepian, isolasi, dan kesulitan dalam membangun hubungan yang berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H