Mohon tunggu...
Siti Lubbatus
Siti Lubbatus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Psikologis Pembelajaran Daring pada Generasi Z

15 Oktober 2024   15:52 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:31 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi COVID-19 telah mengubah lanskap pendidikan secara drastis, mendorong peralihan besar-besaran ke pembelajaran daring. Sementara pembelajaran daring menawarkan fleksibilitas dan aksesibilitas yang lebih besar, dampak psikologisnya pada generasi Z, yang tumbuh dengan teknologi digital, patut diperhatikan.

1. Kecemasan dan Stres yang Meningkat

Salah satu dampak paling menonjol dari pembelajaran daring adalah peningkatan tingkat kecemasan dan stres pada siswa. Beban tugas yang berat, tenggat waktu yang ketat, dan kurangnya interaksi tatap muka dengan guru dan teman sebaya dapat memicu perasaan terisolasi, kewalahan, dan tidak pasti. Ketidakmampuan untuk fokus dan konsentrasi yang terganggu juga menjadi masalah umum.

2. Gangguan Pola Tidur dan Kesehatan Mental

Penggunaan perangkat elektronik secara intensif untuk pembelajaran daring dapat mengganggu pola tidur siswa. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar komputer dan ponsel dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Kurang tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, termasuk meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.

3. Kesulitan dalam Beradaptasi

Generasi Z, yang terbiasa dengan interaksi sosial langsung dan pembelajaran di kelas, mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan model pembelajaran yang lebih mandiri dan berbasis teknologi. Beberapa siswa mungkin merasa kesulitan dalam mengatur waktu belajar, memotivasi diri, dan menyelesaikan tugas tanpa pengawasan langsung dari guru.

4. Kurangnya Interaksi Sosial

Pembelajaran daring dapat membatasi peluang siswa untuk berinteraksi secara sosial dengan teman sebaya. Interaksi sosial yang sehat sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional remaja. Kurangnya interaksi tatap muka dapat menyebabkan perasaan kesepian, isolasi, dan kesulitan dalam membangun hubungan yang berarti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun