"Kata dokter, kemungkinan adek lahir tanggal 10 april"Â
Ucap ibu dengan penuh gembira. Bagaimana tidak? Tanggal 10 april bertepatan dengan hari lahir ibuku juga. Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain, sampai sore ini adek ketigaku masih belum ingin menunjukkan wajahnya. Padahal aku sudah tak sabar mencubit pipinya yang pasti gemoy. Mungkin dia terlalu pw (posisi wenak: posisi enak/nyaman) berada di dalam perut ibuku.
44 tahun yang lalu, bertepatan pada tanggal 10 April 1977. Lahirlah seorang bayi dengan jenis kelamin perempuan berkulit putih yang cantiknya masya allah. Terpancar dari wajah bayi perempuan ini kelak akan menjadi perempuan tangguh sekuat baja, hati yang tulus selembut sutera dan berjiwa pemimpin. Benar saja, bayi ini tumbuh menjadi perempuan seperti apa yang terpancar dari wajahnya.Â
Ya, itulah ibuku. Perempuan yang gak bisa diem meskipun dalam posisi hamil 9 bulan. Ada aja yang ibu kerjakan. Dampak baik kebiasaan dari kecil, mbah buyut dan nenek yang selalu mengajarkan menjadi perempuan itu harus cekatan, gak plelat-plelet (lemot), harus bisa apa aja, biar gak selalu mengandalkan orang lain. Kalo ada yang minta bantuan "iyain", siapa tau itu jadi pengalaman berharga dikemudian hari, jadi perempuan gak boleh males, harus pinter merawat diri dan masih banyak lagi.Â
Bisa terbayangkan gak bagaimana hebatnya seorang ibu? Aku yakin ibu kamu pasti juga seperti ibuku, perempuan yang bisa apa aja. Bahkan tau apa yang kita gak tau. Seperti kalo kamu lupa meletakkan barang pribadimu, kamu pasti bingung ketika mencari barang itu. Tapi ketika tanya pada ibu, seketika barang itu tiba-tiba ketemu. Padahal kita udah nyari barang itu di daerah yang ibu kasih tau. Anehh kan yaa?Â
Adalagi, ketika kita nyoba masak apa gitu. Misal goreng telur. Kalo ibu goreng telur sambil melakukan kegiatan lain, telurnya pasti gak gosong. Tapi kalo kamu gosong gak?? Sudah pasti telurku gosong karna api kompornya gak kukecilin, hehe. Atau ketika kamu beres-beres barang untuk dimasukan ke dalam kardus. Waktu kamu masukan barang-barang ke dalam kardus, gak muat. Tapi ketika ibu masukkan barangnya, muat dan hasilnya lebih rapi.Â
Ya, itulah ibu kita. Perempuan yang bisa ngelakuin apa aja demi anaknya. Bisa ngeringin seragam sekolah anaknya yang malemnya masih basah banget padahal buat besok sekolah, tau-tau udah kering aja. Bisa ngajarin segala macam ilmu yang ada di dunia, ilmu agama hingga ilmu pengetahuan umum. Bisa ngelindungin anaknya jika si anak disakiti orang lain. Seakan gak ada yang gak ibu bisa.
Jika melihat ibuku yang saat ini otw proses persalinan, ngeri sendiri rasanya. Terbayang-bayang saat proses kontraksi, ibu akan merasakan sensasi ingin mengejen yang tak tertahankan. Belum lagi jahitan dirobekan vagina dan perineum. Lalu masih pantaskah kita bersikap tak berbakti pada seorang ibu?Â
Terutama kamu yang merasa perempuan sama sepertiku. Ingatlah kelak kamu akan menjadi seorang ibu. Bareng-bareng yuk merubah diri untuk bersikap baik pada ibu, agar kelak anak kita bersikap baik pula pada kita. Tak perlu merasa susah dan berkeluh kesah sebab menjadi perempuan. Seharusnya kamu bersyukur, sebab perempuan merupakan makhluk mulia dimata Tuhan. Memang terlihat susah jika mengamati perjalanan hidup menjadi seorang perempuan, tapi taukah kamu, Tuhan telah menyiapkan kejutan istimewa untuk membalas kerja keras kamu.Â
Dari tulisan ini, aku ingin mengucapkan Barakallah fi umrik bu. Semoga sehat selalu dan dilancarkan proses persalinannya. Ibu tetap panutanku untuk menjadi perempuan yang mandiri dan percaya diri. Panutanku untuk sebaiknya tak mengejar laki-laki, namun biarkan laki-laki yang mengejarmu dan mencintaimu dengan tulus. Panutanku untuk selalu menjaga ibadah. Meskipun sudah dicontohkan beribu kali, tapi tetap saja diri ini masih jauh dari arahanmu. Semoga dengan segera anak gadis pertamamu ini, menjadi perempuan tangguh seperti dirimu. Menjadi panutan yang baik untuk adik-adiknya dan yang pasti menjadi pelindung bagi keluarganya.