"Kreativitas membutuhkan keberanian untuk melepaskan kepastian"-Erie Fromm
Sore itu aku bersama ibuku duduk berdua di teras atas, serta menikmati senja yang diselimuti mendungnya langit. Semilir angin sesekali membelai rambut kami berdua. Jarang-jarang bisa menikmati suasana seperti itu bersama pelita hati ini. Ibu yang sembari mengelus-elus perutnya yang saat ini berisi calon adik bayi. Dan tiba-tiba saja lewat pertanyaan yang mengganjal dipikiranku.
"Ibu, dulu waktu masih kecil suka main masak-masak kah?"
"Suka bangetlahh, batok kelapa yang jadi wajan dan bunga-bunga yang jadi sayur"Â
"Kreatif poll"Â jawabku sambil tertawaÂ
Tiba-tiba teringat masa kecilku bersama adik perempuanku. Hal yang paling aku sukai ketika ada acara selametan (syukuran tradisi Jawa) di rumah nenekku adalah batok kelapa. Jika aku dan adikku menemukan batok kelapa di dalam karung, rasanya seperti menemukan sebongkah emas. Sungguh kebahagiaan tersendiri bagi kami berdua.
Mungkin bagi orang dewasa batok kelapa sudah tak bernilai dan bisa dikatakan sebuah sampah. Tapi bagiku berbeda, dengan adanya batok kelapa aku baru bisa main masak-masak.
Sama seperti kisah ibuku dimasa kecilnya, batok kelapa sebagai wajan, bunga-bunga sebagai sayuran. Batu bata sebagai kompor, dan yang paling penting daun-daun sebagai uang untuk berdagang.Â
Dari cerita masa kecilku diatas, bisa terlihat kreativitas mulai muncul dalam diriku dan adikku. Yang perlu kita ketahui anak usia dini tak asal njludur tiba-tiba muncul kreativitas dalam dirinya. Pasti sebelumnya ada proses dan dalam diri anak menunjukkan ciri-ciri kepribadian seseorang yang kreatif.Â
Nahhh, sebelum membahas lebih dalam, kita bahas dulu apasih kreativitas??Â
Menurut James J. Gallagher (1985) bahwa "Creativity is a mental process by which an individual crates new ideas or product, in fashion that is novel to him or her"Â (Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya melekat pada dirinya).