Mohon tunggu...
Siti Komariyah
Siti Komariyah Mohon Tunggu... Guru - Seorang hamba Allah

Khodimul Qur'an❤

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pergaulan Bebas Merusak Generasi Emas

15 Januari 2025   17:17 Diperbarui: 15 Januari 2025   17:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERGAULAN BEBAS MERUSAK GENERASI EMAS

 

Pergaulan bebas dapat diartikan sebagai kebebasan dalam berinteraksi tanpa adanya pembatasan norma atau peraturan yang jelas. Fenomena ini sering kali melibatkan tindakan yang berisiko, seperti hubungan seks tanpa ikatan, penyalahgunaan obat terlarang, dan konsumsi alkohol.

 Pergaulan bebas di negara yang mayoritas Muslim ini semakin meluas dan sulit dikendalikan. Seks bebas seakan telah menjadi hal yang "biasa" di kalangan remaja. Pacaran menjadi salah satu faktor utama yang mendorong terjadinya seks bebas atau zina.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melaporkan bahwa meskipun tren pernikahan dini menurun, tren hubungan seksual di kalangan remaja justru meningkat. Berdasarkan data BKKBN, sekitar 60 persen remaja berusia 16-17 tahun telah melakukan hubungan seksual, 20 persen pada usia 14-15 tahun, dan 20 persen lainnya pada usia 19-20 tahun.

Pergaulan bebas yang semakin meluas di kalangan remaja berdampak pada tingginya angka aborsi. Menurut data dari Guttmacher Institute (2000), diperkirakan ada 37 aborsi untuk setiap 1.000 perempuan berusia 15-49 tahun, atau sekitar 3,7% perempuan usia tersebut mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan kemudian menggugurkannya. Di Indonesia, angka kejadian aborsi mencapai 2,5 juta kasus, dengan 1,5 juta di antaranya dilakukan oleh remaja.

Pergaulan bebas di kalangan remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:

Pertama, rendahnya tingkat pendidikan keluarga, khususnya pendidikan agama, dapat mempermudah remaja terjerat pergaulan bebas. Keluarga merupakan faktor utama dalam membentuk perkembangan remaja, dan jika pendidikan agama di dalam keluarga kurang, remaja cenderung lebih rentan terhadap pengaruh negatif.

Kedua, faktor broken home atau ketidaknyamanan dalam rumah tangga, seperti perceraian orang tua atau seringnya pertengkaran, dapat membuat anak merasa diabaikan. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari perhatian atau pelarian di luar rumah, salah satunya melalui pergaulan bebas.

Faktor ketiga adalah kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu, yang bisa menyebabkan remaja putus sekolah dan terjerat dalam pergaulan bebas.

Keempat, lingkungan sekitar yang buruk, dengan banyaknya pengaruh negatif, dapat membuat remaja mudah terpengaruh dan terjerumus ke dalam perilaku yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun