Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang menjadi hak asasi setiap manusia. Pemenuhan kebutuhan dasar ini dirancang menjadi program Wajib Belajar 12 tahun, yakni dari jenjang SD (6 tahun), SMP (3 tahun), dan SMA (3 tahun).
Namun, mengenyam pendidikan selama 12 tahun rasanya belum cukup menyiapkan sumber daya manusia (human resources) untuk melek literasi digital. Apalagi, pemerintah sudah mencanangkan program berbasis Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan.
Selaras dengan visi mencapai Indonesia Generasi Emas 2045, pilar pendidikan merupakan basis yang tidak dapat ditawar lagi. Pendidikan formal yang ditempuh selama wajib belajar 12 tahun belum bisa menyiapkan SDM siap bersaing di dunia global.
Saatnya pendidikan informal menjadi alternatif belajar bagi pengembangan sumber daya manusia (human resources). Tapi, apa yang harus dilakukan? Seperti apa metodenya?
ReadVolution hadir menjadi solusi dari minimnya konten edukatif di media sosial. Melalui kanal instagram, ReadVolution mengadakan berbagai event daring dengan topik literasi secara umum.
Agenda ReadVolution dalam jangka dekat yakni Sharing Pengalaman Muhibah Budaya Jalur Rempah Bagi Kemajuan Literasi Bangsa pada Minggu, 21 Juli 2024.
Berbicara rempah bukanlah bicara soal bumbu masak semata. Rempah telah menjadi riwayat sejarah Nusantara dalam mempelopori perdagangan di dunia internasional.
Menelusuri Jalur Rempah tentu banyak sekali kekayaan budaya suatu daerah. Masakan, tarian, alat musik, adat istiadat, hingga budaya literasi.
Dalam pelayaran menelusuri Jalur Rempah, teman-teman dari Laskar Rempah akan berbagi pengalamannya melihat kebudayaan di Barat Indonesia. Dari Lampung sampai ke Sabang. Dari Sabang lalu ke Malaka, dan berakhir di Jakarta.
Pengalaman ini tentunya dapat memberikan refleksi betapa kaya Indonesia dengan budayanya. Mempelajari budaya dapat memperkaya wawasan sekaligus bangga sebagai bangsa yang berbudaya.