Karya: @sitikus.nl
Toni memandang keluar dari jendela rumahnya dengan perasaan gelisah. Sesekali ia melihat Andi, Dina, dan Fani tertawa sambil berlarian di tengah guyuran hujan sore itu.
Toni ingin bergabung dengan teman-temannya, mandi hujan dan menginjak genangan. Ia menoleh ke belakang, melihat ibu sedang membelai adiknya, Rini. Ibu bersenandung agar Rini lekas tertidur.
Toni ingin menghampiri ibu dan meminta izin untuk bermain di bawah hujan, namun ia begitu takut. Toni teringat kejadian kemarin saat ia nekat pergi hujan-hujanan tanpa sepengetahuan ibunya.
Sepulang sekolah, hujan deras mengguyur. Toni yang saat itu baru pulang dari sekolah bersama Andi, Dina, dan Fani segera melepas alas kaki mereka. Membiarkan kaki mereka menyentuh aspal yang mulai tergenang air.Â
Sebetulnya, ibu telah berpesan sebelum Toni berangkat sekolah. "Jika nanti siang turun hujan, pakailah payung ini. Jangan hujan-hujanan, nanti kamu bisa sakit. Mengerti?"
Toni bergeming melihat payung yang masih tersimpan di tasnya. Sedangkan ketiga temannya sudah menari-nari di bawah hujan.Â
"Kamu nunggu apa lagi, Toni? Lihatlah, ini seru sekali!" Andi membuyarkan lamunan Toni sambil menginjak genangan air di dekatnya. Percikan air mengenai wajah Toni yang perlahan tersenyum pada Andi.
Toni berlari mengejar Andi, ingin membalas keisengannya dengan menginjak genangan air. Ia merasa senang dan melupakan pesan ibunya pagi tadi. Hingga Toni dan ketiga temannya larut dalam permainan di bawah hujan siang itu.
Hujan baru saja reda, semburat jingga memenuhi cakrawala. Tanpa alas kaki, Toni berjalan pulang lalu melihat ibunya berdiri di teras rumah dengan wajah merah padam. Seketika ia tahu, apa yang akan dihadapinya.