Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bedah Karya: Babad Pajajaran, Sejarah untuk Anak Muda

26 Juni 2024   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2024   16:04 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi foto bersama acara bedah buku (Dok. Tangtu Institute)

Sejarah adalah rangkaian fenomena penting yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Dari sejarah kita bisa belajar banyak hal. Namun, gaya penceritaan sejarah dalam buku pelajaran seringkali membuat kita jemu dan ngantuk. Lantaran format naratif dalam buku membuat kita gagal memahami konteks kejadian sejarah secara utuh.

Seorang anak muda lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV), MRCandiaz atau biasa disapa Candiaz berhasil memberikan warna baru dalam bercerita sejarah. Karyanya yang diberi judul Babad Pajajaran: Rempah, Konflik & Prasasti sukses menggemparkan warga Bogor yang selama ini terbiasa dengan cerita mistis mengenai kerajaan yang dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja.

Babad Pajajaran mengisahkan peristiwa penting yang terjadi sebelum keruntuhan Kerajaan Pajajaran di abad ke-16 Masehi. Peluncuran Buku Babad Pajajaran diadakan pada Minggu, 23 Juni 2024 di Auditorium Perpustakaan Kota Bogor. Dihadiri oleh masyarakat Kota Bogor dan sejumlah pegiat sejarah, acara ini berlangsung secara memukau.

Sesi foto bersama acara bedah buku (Dok. Tangtu Institute)
Sesi foto bersama acara bedah buku (Dok. Tangtu Institute)

Proses visualisasi Kota Pakuan yang berlokasi di Bogor saat ini, merupakan upaya panjang yang mengantarkan Candiaz pada satu misi besar: Mengemas sejarah dengan visual menarik agar tetap diingat oleh generasi muda.

Pada prosesnya, Candiaz selaku penulis dan ilustrator dalam buku Babad Pajajaran kerap menemukan data-data sejarah yang bersifat ahistoris. Mengatasi hambatan tersebut, Candiaz melakukan diskusi dengan sejarawan ahli seperti Hendra Wijaya (Tim Ahli Cagar Budaya).  

"Selama proses pengumpulan data, saya belajar bagaimana membedakan sumber data sejarah primer, sekunder, dan tersier. Melalui diskusi panjang dengan Pak Hendra, saya melakukan verifikasi ulang sumber data tersebut dengan data yang sudah valid. Hal ini saya lakukan agar masyarakat tidak ada lagi mengonsumsi cerita sejarah yang simpang-siur.."

Candiaz juga memaparkan sulitnya mendapatkan akses sumber data primer seperti catatan perjanjian antara Pajajaran dengan Portugis. Usahanya dalam menemukan sumber catatan asli sampai harus berkirim surel dengan pihak pengelola arsip era klasik di Portugal.

"Sebab, naskah asli yang disimpan di Museum Nasional kondisinya sudah tidak dapat terbaca karena rayap. Sehingga saya harus mencari salinan perjanjian tersebut yang disimpan di Portugal sekarang.."

Upaya visualisasi Kota Pajajaran juga dinilai rumit karena selama ini belum ditemukan sisa-sisa bangunan keraton Pajajaran. Mengandalkan catatan dalam buku Sejarah Bogor karya Saleh Danasasmita yang diterbitkan tahun 1983, Candiaz menajamkan intuisi guna mengumpulkan sejarah Bogor dalam satu bentuk visual yang utuh nan megah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun