Siapa disini yang masih suka buang bungkus jajan sembarangan?
Pasti semua yang membaca mengaku "tidak". Tidak terasa, maksudnya.
Kantong plastik atau kresek pembungkus sudah menjadi kawan dalam keseharian kita. Berbelanja ke pasar, dapat kresek. Beli minuman boba favorit, dibungkus gelas plastik yang dibalut kresek. Beli alat tulis di tempat fotokopi, pasti diberikan kresek. Seolah kita memang tidak bisa hidup tanpa kresek!
Tentunya hal ini bukan lagi tentang salah dan benar. Penggunaan kresek yang cukup tinggi di kalangan masyarakat menengah ke bawah menunjukkan bahwa masalah limbah plastik adalah masalah kebijaksanaan pengguna.
Maksudnya gimana tuh?
Plastik atau kresek memang diciptakan untuk memudahkan kita membawa barang-barang. Tadinya, plastik digunakan sebagai pengganti kantong kertas yang menyebabkan pohon-pohon di hutan ditebang demi menyediakan kertas pembungkus untuk kemudahan hidup manusia.
Pada mulanya, plastik hadir sebagai alternatif bagi penggunaan kantong kertas.
Namun, semakin tinggi penggunaan plastik yang tadinya diharapkan dapat digunakan secara berulang atau di daur ulang, justru menjadi sampah yang paling dominan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kamu miris nggak, mendengarnya?
Makanya, kalau kita cukup jeli mengintip isi "tong sampah" kita, pasti jenis sampah plastik akan lebih banyak kita temukan. Padahal, sampah plastik termasuk bahan yang sulit terdegradasi atau dihancurkan oleh mikroba tanah, lho!