Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kabar Baik dari Tenggara Indonesia: Hadirnya Ruang Bacarita untuk Para Remaja

9 September 2023   02:57 Diperbarui: 9 September 2023   09:27 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KABAR BAIK DARI TENGGARA INDONESIA:

HADIRNYA RUANG BACARITA UNTUK PARA REMAJA

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Memasuki usia remaja ditandai dengan sejumlah perubahan, baik itu perubahan fisik, psikis, maupun emosional. Masa peralihan ini disebut juga sebagai masa pubertas. 

Umumnya, pubertas dimulai saat anak berumur 8 - 10 tahun dan berakhir di usia 15 - 16 tahun. Masa pubertas menunjukkan kesiapan individu secara biologis untuk melakukan reproduksi seksual. Pada remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Sedangkan, pada remaja perempuan ditandai dengan menstruasi. 

Selama ini, anak-anak remaja yang mengalami pubertas tidak mendapatkan sumber informasi yang cukup untuk menjawab keingintahuan mereka seputar kesehatan reproduksi. Keresahan mereka terkait perubahan fisik maupun perubahan hormonal yang dialami kerap kali mendapat justifikasi dari orang-orang terdekat. Sehingga, ruang gerak anak-anak remaja menjadi terbatas dalam hal memperoleh edukasi seksual yang tepat, karena banyak dari masyarakat yang masih menganggap bahwa seks adalah hal yang tabu.

Dampaknya, pembahasan mengenai seksualitas menjadi topik yang sensitif, bahkan dalam membahas isu kesehatan reproduksi sekalipun. Sebagai contoh studi kasus, para remaja perempuan di Nusa Tenggara Timur mengalami kendala dalam mengakses pembalut yang nyaman dan aman saat menstruasi. Mereka masih menggunakan koran atau kardus bekas untuk mengganti fungsi pembalut.  

Situasi ini juga diperparah dengan angka kekerasan seksual di Nusa Tenggara Timur. Melansir data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT, tercatat sebanyak 276 kasus Kekerasan Berbasis Gender yang menimpa perempuan sepanjang tahun 2022; dan juga Kasus Perkawinan Anak di bawah umur yang mencapai 82.957 kasus.

Inilah yang menjadi latar belakang mengapa pendidikan seksual merupakan hal yang penting. Sehingga diperlukan keterlibatan masyarakat dalam melakukan upaya edukasi kesehatan reproduksi yang dikhususkan untuk para remaja. Sebagai contoh, seperti yang dilakukan Mariana Yunita Hendriyani Opat--atau yang lebih akrab disapa Kak Tata, melalui Komunitas Tenggara Youth Community (@tenggarantt). 

Tenggara Youth Community melakukan sebuah gerakan sosial yang berfokus pada kegiatan edukasi remaja seputar kesehatan reproduksi. Dalam sebuah forum diskusi bertajuk "Kisah Inspiratif: Membangun Masa Depan Lebih Sehat Bersama Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards" yang diselenggarakan oleh GNFI (Good News From Indonesia), Kak Tata membagikan pengalamannya dalam membangun komunitas sosial di timur Indonesia. 

Tenggara Youth Community mulai bergerak di tahun 2016. Hingga saat ini, terdapat kegiatan rutin bernama Bacarita Kespro. Dalam bahasa Melayu Kupang, Bacarita Kespro dapat diartikan sebagai wadah edukasi seksual dan kesehatan reproduksi dengan cara bercerita yang menyenangkan. Tujuannya, untuk mematahkan stigma yang timbul di masyarakat bahwa seks adalah kegiatan yang tabu, pornografi, atau suatu hal yang tidak pantas.

Dalam menjalankan gerakan sosial ini, Kak Tata menghadapi kesulitan dalam mengenalkan pendidikan seksual terhadap masyarakat, karena banyak dari masyarakat kita masih menganggap pembicaraan seputar seks adalah hal tabu. Sedangkan, memasuki usia pubertas, para remaja--khususnya perempuan mengalami kebimbangan dalam menyikapi perubahan secara fisik. Saat para remaja yang sedang mengalami masa pubertas membutuhkan informasi seputar pendidikan seksual, pandangan subjektif dari masyarakat menyebabkan minimnya pengetahuan seks bagi remaja.

Dampak dari hal ini akan tampak seperti puncak gunung es, dimana masyarakat menyebarkan sejumlah mitos seputar reproduksi agar anak-anak remaja terlindung dari perilaku asusila. Faktanya, yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya. Akibat dari minimnya pembahasan terkait pendidikan seksual yang tepat, para remaja perempuan rentan mengalami gangguan kesehatan mental dan psikologis sebagai dampak dari stigma yang sudah terbangun selama ini. 

Sebagai contoh, terdapat kasus pelecehan seksual yang dialami remaja perempuan. Keterbatasan akses untuk mendapat penanganan psikolog secara intensif dan minimnya pola pemahaman orang tua terkait kasus seksualitas, sehingga menganggap remaja perempuan itu mengalami gangguan kejiwaan. Pada tahap ini, isu kesehatan reproduksi dan kesehatan mental saling berhubungan, karena berdampak pada kesehatan fisik dan psikis sang anak.

Program Bacarita Kespro adalah upaya inisiatif yang dilakukan Tenggara Youth Community guna mengenalkan kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif pada anak-anak dan remaja. Sasaran dari program ini adalah para remaja dari kelompok miskin, marjinal, dan terasing secara sosial. Pembelajaran kesehatan reproduksi disampaikan dengan pendekatan yang inovatif seperti mendongeng, permainan edukasi, dan penggunaan alat peraga. 

Pada praktiknya, Kak Tata mengarahkan program Bacarita Kespro sebagai media komunikasi dua arah--dimana melibatkan peran orang tua, guru, dan anak-anak remaja. Berkaca dari kasus banyaknya anak yang putus sekolah karena kehamilan di luar pernikahan, sehingga dikeluarkan dari sekolah. Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya pemahaman orang tua mengenai hak dan kebutuhan anak-anak yang mulai mengalami masa pubertas.

Kak Tata juga menambahkan, bahwa para remaja penyintas kasus kekerasan dan pelecehan seksual seringkali tidak memiliki wadah untuk bercerita. Mereka memendam trauma dan luka itu sendirian karena tidak sanggup menerima stereotip yang buruk dari masyarakat. Ketika kasus kehamilan di luar nikah terjadi pada remaja perempuan, sekolah yang seharusnya dapat berperan sebagai wadah yang mengedukasi dan melindungi, justru mengeluarkan pelajar tersebut dari sekolah.

Kasus lain yang rentan dialami para remaja perempuan di Nusa Tenggara Timur adalah kasus aborsi. Kak Tata menjelaskan, praktik aborsi dilakukan semata agar terbebas dari stigma buruk yang diberikan orang-orang sekitar. Sehingga, Kak Tata melihat tingginya urgensi terkait edukasi kesehatan reproduksi bagi anak-anak remaja, sekaligus menyediakan ruang bagi mereka untuk membahas topik yang selama ini dianggap tabu oleh orang-orang terdekatnya.

Dampak dari kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang tidak ditangani dengan serius, dapat meningkatkan gangguan psikis pada anak-anak remaja. Dalam pergaulan sosial, mereka rentan mengalami perundungan (bullying), body shaming, dan juga ancaman. Akibatnya, para penyintas yang masih berusia belasan tahun ini harus mengalami depresi yang ditandai dengan kecemasan berlebih dan gangguan makan (anorexia ataupun bulimia).   

Tantangan yang selama ini dihadapi Kak Tata dan Tenggara Youth Community dalam upaya menghadirkan pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif adalah kekeliruan pola pikir masyarakat terkait kesehatan seksual dan mental yang sudah mengakar menjadi budaya. Masyarakat masih menggunakan larangan sebagai bentuk upaya perlindungan anak-anak remaja supaya terhindar dari risiko pergaulan. Padahal di usia pubertas, para remaja memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Sehingga pola pendidikan yang efektif adalah memberikan pemahaman yang sesuai dan tidak berbentuk paksaan (koersif).

Kak Tata bersama Tenggara Youth Community memberikan edukasi konteks lokal pada remaja (dok: pemilu.Kompas.com)
Kak Tata bersama Tenggara Youth Community memberikan edukasi konteks lokal pada remaja (dok: pemilu.Kompas.com)

Menyikapi akan hal ini, pendekatan yang dilakukan Tenggara Youth Community dalam mewujudkan "safe space" bagi para remaja, dijalankan melalui konteks lokal (gereja). Dalam hal ini, dibutuhkan keterlibatan dan peranan dari orang tua, tokoh agama, dan kepala daerah setempat guna menyampaikan pembahasan seputar kesehatan reproduksi dan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja.

Motivasi utama dari Kak Tata dan Tenggara Youth Community adalah memperjuangkan kesadaran kolektif, karena kasus kekerasan dan pelecehan seksual ini akan tetap ada dan tidak dapat diminimalisir tanpa adanya upaya edukasi yang tepat. Keresahan ini juga didasari oleh pengalaman Kak Tata dan teman-teman di Tenggara Youth Community sebagai penyintas yang juga merasakan pengalaman tersebut. Kasus penggunaan pembalut yang tidak layak, kehamilan di luar pernikahan, dan praktik aborsi ini tidak akan menghilang begitu saja tanpa adanya tindakan dan peran dari semua pihak. 

Sehingga, perjuangan dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi dan kesehatan mental yang tepat akan terus dilakukan melalui Bacarita Kespro.

Upaya Tenggara Youth Community dalam menciptakan ruang aman dan nyaman untuk berbagi melalui program Bacarita Kespro mengantarkan komunitas tersebut meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 dari Astra Indonesia di bidang kesehatan.

Terbentuknya Tenggara Youth Community diharapkan mampu menjadi wadah edukasi bagi teman-teman penyintas lain, sehingga isu-isu kesehatan reproduksi dan kesehatan mental tidak lagi menjadi hal yang tabu untuk dibahas. 

Berkat penghargaan dari Astra Indonesia, Kak Tata menyampaikan perubahan yang signifikan terjadi pada Tenggara Youth Community. Perubahan ini dapat dilihat dari jangkauan dan jejaring komunitas yang makin meluas hingga dapat menjangkau teman-teman yang ada di Indonesia bagian barat. Dampak baiknya, tim dari Bacarita Kespro diundang oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk membahas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) terkait isu kesehatan reproduksi yang terjadi di Nusa Tenggara Timur.

Kak Tata bersama Tenggara Youth Community merasakan upaya yang selama ini dilakukan bisa mendapatkan apresiasi dari pemerintahan pusat. Hal ini sangat membantu pertumbuhan Tenggara Youth Community, sehingga dalam proses edukasi ini tingkat kepercayaan masyarakat menjadi meningkat. Dibuktikan dengan meningkatnya antusiasme masyarakat dalam menyampaikan aduan isu-isu yang berkaitan. Selanjutnya, komunitas dapat meneruskan informasi dan aduan masyarakat melalui jejaring yang sudah terbentuk agar para penyintas bisa mendapatkan pendampingan yang tepat. 

Gerakan sosial yang dilakukan Kak Tata dan teman-teman dari Tenggara Youth Community telah memberikan dampak positif bagi peningkatan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di wilayah Indonesia timur. Ini merupakan kabar baik (good news) dan juga langkah yang bagus (good movement) dalam menginspirasi teman-teman di luar sana yang memiliki keresahan serupa, namun belum menemukan ruang berbagi untuk saling berkolaborasi.

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia

#KitaSATUIndonesia

Referensi:

Talkshow Good Movement 1 bersama Penerima Penghargaan SATU Indonesia Awards

Sepanjang 2022, Ada 287 Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di NTT (inews.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun