"Seharusnya saya bisa DM/inbox pasangan saya. Atau langsung menelepon nomornya seperti biasa saat saya butuh kuota."
Akhirnya timbul penyesalan dan pengandaian, seandainya tindakan saya bukan mematikan ponsel.
***
Tidak lama pasangan saya tiba di rumah, baik-baik saja. Kemudian saya menceritakan apa yang baru saja terjadi. Produk dari kecemasan saya, justru menghasilkan tindakan yang keliru dalam mengatasi masalah.
Pasangan saya memahami kondisi tersebut dan segera merangkul saya.
"Aku gak apa-apa. Kamu hanya terlalu cemas."
"Seharusnya aku tidak bertindak begitu tadi.."
"Mau gimana lagi? Kamu sedang dikuasai oleh pikiranmu, sehingga tidak dapat berpikir dengan jernih."
Saya tertegun. Apa yang disampaikan pasangan saya adalah benar adanya. Pikiran saya terpacu untuk mengkhawatirkan kondisi pasangan di luar sana--yang sebetulnya baik-baik saja. Kepanikan saya yang justru menambah masalah baru, yaitu matinya ponsel saya.
Setelah saya agak tenang dan mampu menata kembali pikiran, kami pun berdiskusi.
"Kecemasan itu muncul karena ilusi yang dibentuk oleh pikiran." Pasangan saya memulai pembicaraan.