Mohon tunggu...
siti khusnul
siti khusnul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Islam Riau Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Feminisme Sosialis dalam sastra: Perlawanan Perempuan dalam Novel

9 Januari 2025   13:22 Diperbarui: 9 Januari 2025   13:43 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Novel ini juga menyoroti dampak kolonialisme dan perang terhadap perempuan. Dewi Ayu, sebagai pelacur selama masa pendudukan Jepang, adalah simbol dari bagaimana tubuh perempuan sering kali menjadi medan perang dalam konflik politik. Tubuh perempuan menjadi tempat di mana kekuasaan, dominasi, dan kehormatan laki-laki dipertaruhkan. Dalam konteks feminisme pascakolonial, pengalaman Dewi Ayu dapat dibaca sebagai representasi dari bagaimana perempuan di koloni sering kali menjadi korban eksploitasi ganda: sebagai perempuan dan sebagai bagian dari masyarakat yang dijajah.


Namun, di balik semua penderitaan dan kekerasan yang dialami oleh perempuan, terdapat elemen resistensi. Dewi Ayu, meskipun dipaksa menjadi pelacur, tetap mempertahankan otonominya. Ia menggunakan kecerdasan dan sinisme untuk menantang orang-orang yang berusaha mengontrolnya. Alamanda, meskipun awalnya tunduk pada Shodanco, akhirnya menemukan cara untuk membalas dendam dan merebut kembali agensinya. Resistensi ini menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya menjadi korban dalam struktur patriarkal, tetapi juga mampu menentang dan menegosiasikan posisi mereka.
Melalui kisah ini, Eka Kurniawan mengajukan kritik yang tajam terhadap berbagai bentuk penindasan berbasis gender. Dengan menggunakan pendekatan realisme magis, ia memperlihatkan bagaimana kekerasan terhadap perempuan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga bersifat simbolis dan struktural. Dalam masyarakat Halimunda, norma-norma sosial dan budaya memperkuat patriarki, menciptakan siklus kekerasan yang sulit dipatahkan. Namun, resistensi dan keberanian perempuan seperti Dewi Ayu menunjukkan bahwa patriarki bukanlah sistem yang tidak dapat digoyahkan.
Kesimpulannya Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan adalah potret kompleks kehidupan perempuan di bawah bayang-bayang sistem patriarki, kolonialisme, dan kekerasan berbasis gender. Melalui tokoh Dewi Ayu dan anak-anak perempuannya, novel ini menggambarkan bagaimana perempuan sering kali menjadi korban eksploitasi tubuh, norma-norma kecantikan, dan kekuasaan laki-laki. Namun, di balik penderitaan itu, terdapat resistensi yang menunjukkan keberanian perempuan untuk melawan dominasi patriarki dan merebut otonomi mereka.

Dalam perspektif feminisme, kisah ini mengkritik ketimpangan gender yang terjadi di ranah domestik dan publik, serta bagaimana perempuan sering dijadikan objek dalam sistem kapitalisme dan kolonialisme. Dewi Ayu menjadi simbol kekuatan dan keteguhan perempuan meskipun ia dipaksa menjadi pelacur, memperlihatkan bahwa perempuan tidak hanya menjadi korban tetapi juga mampu menavigasi sistem yang menindas mereka untuk bertahan hidup.


Novel ini juga menyoroti bagaimana kecantikan, yang sering dianggap sebagai anugerah, justru menjadi kutukan yang memenjarakan perempuan dalam ekspektasi sosial dan membuat mereka rentan terhadap kekerasan.

 Pemberontakan Dewi Ayu terhadap konsep ini tercermin dalam pemberian nama anaknya, si Cantik, yang menantang stereotip kecantikan patriarkal.
Dengan gaya realisme magis, Eka Kurniawan tidak hanya menggambarkan penderitaan perempuan, tetapi juga menunjukkan bagaimana struktur patriarki memengaruhi laki-laki, menciptakan pola maskulinitas toksik yang destruktif. Pada akhirnya, Cantik Itu Luka adalah kritik sosial yang tajam sekaligus seruan untuk memperjuangkan kesetaraan gender, otonomi perempuan, dan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan.

Daftar Pustaka
Anggraini, L. (2018). Kajian feminisme dalam karya sastra: Studi terhadap novel. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 7(2), 45-56.
Sugihastuti, & Saptiawan. (2010). Teori gender dan sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shofiyah, D. I. N. H. (2019, November). Perlawanan perempuan dalam novel cantik itu luka karya Eka Kurniawan: Tinjauan feminisme sosialis. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 3, No. 2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun