Mohon tunggu...
Siti Kholilah
Siti Kholilah Mohon Tunggu... -

no coment

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa Kecil yang Mandiri

24 Mei 2012   14:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:51 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Saya adalah bungsu dari empat bersaudara,saya mempunyai tiga orang kakak laki-laki.Meskipun saya anak perempuan satu-satunya tetapi saya tidak pernah di manja,kami di perlakukan sama tanpa ada yang di beda-bedakan dalam hal kasih sayang.Dari kecil kami sudah di didik untuk bisa mandiri tanpa harus merepotkan orang lain.Kami di ajarkan untuk saling mengasihi satu sama lain.

Sejak masuk SD saya belajar untuk mandiri.Tiap pagi mandi,ganti baju,sarapan dan berangkat sendiri jalan kaki yang letak sekolahnya ± 800 m dari rumah, sedangkan teman-teman yang lain diantar ibunya. Saat itu ketika saya melihat teman-teman yang begitu diperhatikan oleh orang tuanya,saya merasa iri tetapi saya sadar karna orang tua saya sama-sama sibuk jadi tidak bisa seperti yang lain.

Setiap kenaikan kelas saya jarang sekali diberi seragam,tas,maupun sepatu baru meskipun saya selalu masuk 3 besar di kelas. Setiap penerimaan raport saya selalu sedih karena orang tua saya jarang mengambilnya tidak seperti anak-anak yang lain.Kata bapak saya,"kamu tidak perlu merasa iri dengan orang lain yang terpenting adalah niat kamu untuk belajar agar bisa menjadi orang yang berhasil".Sampai sekarang saya masih selalu ingat dengan kata-kata itu.

Setelah kelas 3 SD saya ikut dengan nenek,di rumah nenek saya merasa menjadi anak yang paling disayang.Setiap pagi dibuatkan sarapan,di buatkan susu,di mandiin,di pakaikan seragam,diantar ke sekolah,di jemput dari sekolah, di nyanyikan lagu setiap mau tidur.Tetapi itu tidak lama karena setelah beberapa bulan nenek jatuh sakit dan di bawa ke rumah sakit yang akhirnya meninggal disana. Saya merasa sangat sedih dan karena di rumah nenek tidak ada teman akhirnya saya dibawa pulang lagi ke rumah.

Setelah kembali ke rumah,kemandirian sayapun di mulai lagi.Dari kecil saya selalu mencuci baju sendiri dan tidak boleh menyuruh orang lain,begitupun dengan ketiga kakak saya. Meskipun mereka semua laki-laki tetapi sudah di ajarkan untuk mandiri dari kecil.karena kemandirian itu,saya bersikap layaknya seperti seorang laki-laki.rambut selalu pendek,selalu memakai celana kecuali rok sekolah,bermain dengan teman laki-laki,naik sepeda laki-laki,dll.

Setelah kelas 6 saya sudah belajar untuk menjadi perempuan yang seutuhnya.Saya mulai memiliki banyak teman perempuan & di saat inilah saya sudah bisa memiliki perasaan suka terhadap lawan jenis,tetapi perasaan itu hanya saya simpan dalam hati.Beberapa hari telah mengerjakan UN saya merasa lega.Setelah tiba saatnya pengumuman ujian, saya merasa was-was dengan hasilnya. Akhirnya setelah membuka amplop pengumuman saya merasa senang karna isinya saya dinyatakan "LULUS".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun