Tantangan terbesar bagi mahasiswa KKN UIN Walisongo adalah bagaimana menjaga keberlanjutan program setelah masa KKN berakhir. Untuk itu, mereka perlu membangun kemitraan dengan berbagai pihak, seperti pemerintah desa, lembaga swadaya masyarakat, atau perusahaan swasta.Â
Selain itu, mahasiswa juga harus mampu mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat setempat, sehingga program yang telah dirintis dapat terus berjalan. KKN bagi mahasiswa UIN Walisongo bukan hanya tentang mengabdi kepada masyarakat, tetapi juga proses pembelajaran diri.Â
Selama kurang lebih dua bulan tinggal di tengah masyarakat, mahasiswa belajar untuk hidup sederhana, bekerja sama dalam tim, dan menghadapi berbagai persoalan nyata di lapangan. Pengalaman ini tentu akan sangat berharga bagi perkembangan pribadi dan profesional mereka di masa depan.Â
Setelah kembali ke kampus, mahasiswa UIN Walisongo dituntut untuk membuat laporan komprehensif tentang pelaksanaan KKN. Laporan ini tidak hanya berisi deskripsi kegiatan, tetapi juga analisis mendalam tentang dampak program terhadap masyarakat. Proses ini membantu mahasiswa untuk merefleksikan pengalaman mereka dan mengambil pelajaran berharga dari KKN.Â
Pada akhirnya, KKN bagi mahasiswa UIN Walisongo bukan sekadar ritual akademik, melainkan sebuah perjalanan transformatif. Melalui KKN, mereka belajar untuk menjadi agen perubahan yang peka terhadap persoalan masyarakat. Pengalaman ini diharapkan dapat membentuk lulusan UIN Walisongo yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi dan siap berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H