Hujan rintik-rintik membasahi wajahnya yang sayu. Di tangannya, sebuah album foto usang dibuka perlahan. Gambar-gambar pudar menampilkan dirinya bersama teman-teman semasa kecil. Senyuman merekah di bibirnya saat mengingat hari-hari indah itu. Namun, seketika senyum itu memudar ketika matanya tertuju pada satu foto tertentu. Foto itu menampilkan dirinya bersama sahabat terbaiknya, Anggi. Sejak kejadian itu, mereka tak pernah bertemu lagi.
    Anggi adalah segalanya baginya. Mereka menghabiskan waktu bersama setiap hari. Namun, sebuah pertengkaran kecil membuat persahabatan mereka retak. Kata-kata kasar meluncur dari mulutnya, menyakiti hati Anggi. Sejak hari itu, Anggi memutuskan untuk menjauh. Rasa penyesalan selalu menghantuinya. Ia merindukan tawa Anggi, candaannya, dan semua kenangan indah bersama.
    Bertahun-tahun berlalu, namun rasa rindu itu tak pernah pudar. Ia selalu bertanya-tanya, bagaimana kabar Andi sekarang? Apakah dia masih ingat dengannya? Setiap kali mengunjungi kota tempat mereka dulu tinggal, ia selalu berharap bertemu dengan Andi secara tak sengaja. Namun, harapan itu selalu pupus.
    Hujan semakin deras. Air matanya menetes membasahi album foto itu. Ia menyadari bahwa masa lalu memang tak bisa diubah. Namun, ia berharap suatu saat nanti, ia bisa bertemu dengan Andi dan meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah ia lakukan. Ia ingin memperbaiki hubungan mereka dan kembali menjadi sahabat seperti dulu.
    Hujan masih terus mengguyur, seolah mengerti kesedihan yang mendalam di hati perempuan itu. Ia menutup album foto, matanya masih tertuju pada foto usang Anggi. Dengan perlahan, ia bangkit dan berjalan menuju jendela, menatap rintik hujan yang membentur kaca.
   Tiba-tiba, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk. Dengan jantung berdebar, ia membuka pesan itu. Nama pengirimnya tidak dikenal, namun isi pesannya membuatnya terkejut. "Ingat aku? Anggi. Aku melihat fotomu di sebuah kafe di kota ini. Aku ingin bertemu."
   Tangis haru pecah dari bibirnya. Tanpa berpikir panjang, ia membalas pesan itu dan menyetujui pertemuan tersebut. Hari itu, hujan seolah menjadi berkah bagi dirinya. Setelah sekian lama, akhirnya ia akan bertemu kembali dengan sahabat yang sangat dirindukannya.
   Keesokan harinya, dengan hati yang berdebar, ia pergi ke kafe yang disebutkan dalam pesan. Pandangannya mencari-cari sosok yang sudah lama tak ia lihat. Dan di sudut kafe, ia melihatnya. Anggi, dengan senyuman yang sama seperti dulu, melambaikan tangan padanya.
   Mereka bertemu kembali setelah sekian lama. Banyak cerita yang mereka bagi, tawa dan tangis bercampur aduk. Anggi ternyata juga menyimpan penyesalan atas pertengkaran dulu. Mereka saling memaafkan dan berjanji untuk tidak akan pernah kehilangan kontak lagi.
   Hujan yang dulu menjadi saksi bisu kesedihannya, kini menjadi saksi kebahagiaan yang kembali ia rasakan. Jejak masa lalu yang dulu menjadi luka, kini menjadi pelajaran berharga. Ia menyadari bahwa persahabatan sejati adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Dan ia bersyukur karena akhirnya bisa memperbaiki kesalahan masa lalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H