Namun kembali kepermasalahan awal bangsa Indonesia, adanya ketimpangan sosial kelompok ekonomi menengah kebawah (miskin) dan kelompok ekonomi menengah keatas (kaya). Membuat kemudahan berbagai platform pembelajaran yang telah disebutkan diatas sulit atau bahkan tidak dapat dirasakan oleh masyarakat kelompok ekonomi menengah kebawah (miskin) karena mahalnya harga yang harus dikeluarkan untuk menggunakan berbagai platform tersebut, kesulitan akses bagi masyarakat miskin yang tidak mengerti teknologi dan berbagai kendala yang ada.Â
Sehingga, kesulitan dan permasalahan pendidikan secara online ini masih terus dirasakan oleh masyarakat miskin yang mengalami ketimpangan tersebut. Menurut Firdaus (2020: 223) Kerugiannya tidak proporsional  untuk  pelajar  yang  kurang beruntung  yang  cenderung   memiliki  lebih sedikit  peluang  pendidikan  di  luar  sekolah karena kurangnya akses teknologi atau akses internet yang cepat dan andal sehingga dapat menjadi hambatan  bagi siswa di daerah  pedesaan dan  dari  keluarga  yang  kurang  beruntung. Mereka tetap mengalami kesulitan dan mulai merasakan kebosanan menjalankan pembelajran online yang sampai saat ini belum diketahui kapan akan berakhir karena semakin meningkatnya kasus pandemi covid 19 ini.
Dapat disimpulkan bahwa maraknya platform pembelajran online dimasyarakat di satu sisi sangat membantu masyarakat yang memiliki kekuasaan lebih untuk berkompetisi seperti kemudahan dan kemampuan mengakses teknologi, kemampuan ekonomi untuk mengikuti tambahan pembelajaran dari berbagai platform yang tersedia guna mendukung peningkatan sofskill dimasa pandemi ini dan berbagai kemudahan lainnya.Â
Namun, bai sebagaian masyarakat lainnya yang minim kekuasaan, sulit dan ketidakmampuan siswa serta orangtua dalam mengakses teknologi, kesulitan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti pembelajaran di platform berbayar tersebut mempuat masyarakat yang mengalami ketimpangan tersebut hanya dapat berharap kondisi pandemi semakin membaik agar pembelajaran tatap muka dapat segera dilaksanakan agar anak-anak mereka dapat kembali belajar dengan semestinya disekolah, sambil tetap mengikuti pembelajaran online dari sekolah yang masih terus berjalan.
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan telah mengupayakan berbagai cara mulai dari memberikan subsidi kuota untuk seluruh pengajar baik guru maupun dosen, dan pelajar baik siswa maupun mahasiswa agar proses pendidikan online dimasa pandemi ini dapat berlangsung dengan baik. Namun upaya tersebut tidak sepenuhnya dapat menuntaskan permasalahan yang ada.Â
Peran serta dari masyarakat sekitar sangat diperlukan untuk membantu masyarakat lainnya yang mengalami kesulitan. Tidak dapat dipungkiri ketidaksiapan masyarakat dalam melakukan pendidikan secara online sepenuhnya, membutuhkan bantuan masyarakat khususnya para mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual lebih tinggi dari masyarakat lainnya turut membantu lingkungan sekitarnya dengan mensosialisasikan pembelajaran online yang efektif atau sesekali mengajari anak-anak dilingkungan sekitar belajar secara berkelompok dimasyarakat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Referensi:
Buku
Badrun, Ubedilah, dkk. 2016. PENGANTAR PENDIDIKAN SOSIOLOGI (Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi). Jakarta: Labsos UNJ
Hidayat, Rakhmat. 2011. PENGANTAR SOSIOLOGI KURIKULUM. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Pratiwi, Poerwani Hadi, dkk. 2014. Buku Siswa Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Klaten: PT Cempaka Putih.