Mohon tunggu...
Siti Hematul Lutfiah
Siti Hematul Lutfiah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Humoris

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ketika Si Jago Merah Beraksi

10 Oktober 2019   19:53 Diperbarui: 10 Oktober 2019   20:09 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di Dunia, dengan luas 1,904,569 km2 dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau, tak hanya itu Indonesia juga memiliki hutan yang luas dan menjadi salah satu penyunbang paru-paru Dunia, hutan di Indonesia terutama di Kalimantan sangat dilindungi. Bagaimana tidak, kawasan hutan di Kalimanta berada di urutan nomor 2 di bawah hutan Amazon menduduki posisi yang sangat penting sebagai paru-paru Dunia.

Namun dewasa ini, kerusakan hutan terus terjadi, hal ini diakibatkan karena faktor alam, maupun kesengajaan dari manusia. Faktor alam penyebab terjadinya kebakaran hutan diantaranya adalah gesekan ranting-ranting pohon dengan pohon yang lain ketika musim kemarau. Sedangkan faktor kesengajaan manusia adalah pembukaan lahan dengan cara membakar hutan, atau membuang puntung rokok  di atas daun dan rumput kering sehingga ketika uap asap terkena angin dan terkena daun atau rumput yang kering akan menghasilkan api.

Adanya kebakaran hutan disejumlah daerah di Indonesi tentu saja mengakibatkan dampak terhadap lingkungan disekitarnya. Salah satunya adalah kabut asap. Bukan rahasia lagi jika kabut asap selalu ada ketika musim kemarau.  Hal ini tentu saja mengganggu aktifitas warga baik anak kecil, remaja atau orang-orang dewasa. 

Kabut asap merupakan hasil sampingan dari pembakaran yang tidak sempurna dari proses pembakaran lahan yang memiliki komposisi kimia berbahaya seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), Nitrous oksida (N2O), Nitrogen dioksida (NOx), dan beberapa partikel logam berat seperti Krom (Cr), Nikel (Ni), Kadmium (Cd). 

Bisa dibayangkan jika semua zat bahaya ini dihirup dan mengendap di paru-paru  kita, tentu saja ini sangat berbahaya. Tak hanya pernafasan, penglihatan menjadi terganggu karena tebalnya kabut asap, keadaan ini membuat masyarakat terutama yang beraktifitas di luar ruangan, dan yang menggunakan kendaraan agar berhati-hati karena jarak pandang terbatas.

Tak hanya dua masalah diatas para pelajar dan tenaga pengajar pun juga terkena dampak dari adanya kabut asap yang mengakibatkan proses kegiatan belajar mengajar terganggu. Semakin hari asap semakin tebal karena adanya peluasan kebakaran. masyarakat terus dihimbau agar tidak terlalu sering melakukan aktivitas diluar ruangan. Hal ini tentu saja berdampak pada pekerjaan mereka, karena sebagian besar dari mereka bekerja diluar ruangan. 

Dampaknya tentu saja berpengaruh pada pendapatan mereka yang berimbas pada perekonomian di daerah tersebut, tak hanya itu dunia penerbangan juga mengalami dampak dari adanya kabut asap, mereka harus menunda bahkan membatalkan beberapa penerbangan demi keselamatan pengguna jasa transportasi ini. Penyakit berbahaya juga mulai berdatangan seperti Inveksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Terlepas dari semuanya pemerintah sudah mengupayakan berbagai cara agar dapat segera mengatasi kabut asap, diantaranya adalah dengan membuat hujan buatan di berbagai titik daerah yang dinilai memerlukan. Pemerintah memang berperang penting dalam hal ini, namun kita sebagai masyarakat Indonesia sudah sepatutnya bersama-sama menjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun