Mohon tunggu...
Siti Heinida Rosita
Siti Heinida Rosita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Suryakancana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengarungi Arus Kurikulum: Tantangan dan Dampaknya terhadap Kondisi Bahasa Siswa

26 Mei 2024   17:10 Diperbarui: 26 Mei 2024   20:19 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam sejarah pendidikan, perubahan kurikulum merupakan fenomena yang sudah biasa terjadi dan tidak bisa dihindari. Setiap era pendidikan memiliki visi, misi dan tujuan tertentu yang dituangkan dalam bentuk perubahan kurikulum. Namun, dibalik visi, misi dan tujuan yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik, muncul banyak sekali tantangan dalam merealisasikannya. Tantangan itu muncul tidak terduga dan dapat mempengaruhi kondisi kebahasaan pada siswa. 

Tantangan utama bagi siswa akibat perubahan kurikulum adalah ketidakstabilan bahasa. Setiap kali kurikulum berubah, maka metode dan pengajaran pun ikut berubah. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami dan menggunakan yang sesuai. Misalnya, dalam satu kurikulum menekankan kepada tata bahasa, sedangkan kurikulum berikutnya menekankan pada keterampilan berbicara. Akibatnya siswa akan merasa kebingungan dan tidak percaya diri dalam menggunakan bahasa yang baik. 

Dampak lain dari fenomena perubahan kurikulum ini adalah siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berbahasa secara mendalam. Kurikulum yang terus berubah memaksa siswa untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum yang baru, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk menjelajahi materi secara mendalam. Misalnya, dalam satu kurikulum menekankan untuk mempelajari sastra, kemungkinan besar siswa tidak dapat menjelajahi dan memahami karya sastra tertentu secara mendalam karena harus berubah mengikuti kurikulum yang baru. 

Selain itu, seringnya perubahan kurikulum juga mengganggu proses pembelajaran siswa yang memiliki kesulitan berbahasa. Setiap kali kurikulum berubah, pendidik harus menyesuaikan metode pengajarannya, yang mungkin sebelumnya sangat cocok bagi siswa yang memiliki kesulitan berbahasa. Akibatnya, siswa yang memiliki kesulitan berbahasa akan semakin tertinggal dalam pembelajarannya. Dalam era kurikulum merdeka sekarang, banyak pula tantangan dan dampak yang sangat menonjol pada siswa. Anak menjadi malas untuk menulis, kurang mengapresiasi, kurang kreatif dan selalu menginginkan hal yang instan. 

Namun, meskipun tantangan ini nyata, bukan berarti tidak ada solusi untuk ini semua. Ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, pelatihan dan dukungan guru. Guru perlu diberikan pelatihan dan dukungan yang memadai dalam mengimplementasikan kurikulum yang berlaku. Mereka perlu memahami bagaimana mendukung siswa dalam belajar mandiri, memberikan umpan balik yang efektif, dan melakukan pemantauan yang berkelanjutan terhadap kemajuan siswa. 

Kedua, dukungan teknologi yang merata. Penting untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki akses yang setara terhadap teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran. Ini bisa mencakup penyediaan perangkat keras dan perangkat lunak, serta akses internet yang stabil. Ketiga, pembelajaran diferensiasi. 

Perubahan kurikulum harus memperhitungkan keberagaman kebutuhan belajar siswa. Guru perlu mengadopsi pendekatan pembelajaran diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan siswa secara individual, termasuk mereka yang membutuhkan lebih banyak dukungan. Keempat, Penguatan keterampilan metakognitif. 

Penting untuk mengembangkan keterampilan metakognitif siswa, seperti kemampuan untuk mengatur waktu, mengatur diri sendiri, dan memantau kemajuan belajar mereka sendiri. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan khusus dan integrasi keterampilan metakognitif dalam kurikulum. Kelima, pendukung sosial dan emosional. 

Siswa perlu didukung secara sosial dan emosional saat menghadapi pembelajaran dalam perubahan kurikulum. Sekolah dapat menyediakan program dukungan siswa, seperti konseling dan mentoring, serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Keenam, keterlibatan orang tua. Orang tua dapat berperan penting dalam mendukung pembelajaran siswa. 

Mereka perlu dilibatkan dalam proses pendidikan dan diberi informasi serta dukungan untuk mendukung pembelajaran siswa di rumah. Dan yang terakhir adalah evaluasi dan penyesuaian berkelanjutan. Penting untuk terus melakukan evaluasi terhadap implementasi kurikulum dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Berdasarkan evaluasi tersebut, perubahan atau penyesuaian dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Dalam mengarungi arus kurikulum, penting bagi para pendidik dan para pembuat kebijakan pendidikan untuk tidak hanya memperhatikan tujuan jangka pendek, tetapi juga dampak jangka panjang terhadap kondisi bahasa siswa. Dengan memperhatikan tantangan yang dihadapi siswa dan memberikan dukungan yang tepat, kita dapat membantu siswa menghadapi arus perubahan kurikulum dengan lebih baik. Sehingga mereka dapat tetap mempertahankan dan mengembangkan keterampilan berbahasa di tengah arus perubahan kurikulum. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun