SDGs 13 ialah upaya tindakan cepat mengatasi perubahan iklim sebagai salah satu tujuan nasional tahun 2030 dengan penetapan 5 target yang diukur melalui 8 indikator, diantaranya pengurangan resiko bencana (PRB), pengurangan korban akibat bencana, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Meningkatnya emisi gas rumah kaca dan pemanasan global mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global secara berkepanjangan.
Pemerintah Indonesia berupaya dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang sesuai dengan target dalam Nationally Determined Contribution (NDC). NDC menargetkan penurunan emisi sebesar 29% pada Tahun 2030, yakni sejumlah 834 juta ton CO2e bagi seluruh sektor. Sedangkan dalam sektor energi ditargetkan jumlah penurunan sebesar 314 jutaan 5on CO2e. Undang-Undang No. 31 Tahun 2009 mendefinisikan perubahan iklim sebagai berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabllilitas illimnalamiah yang teramati dalam kurun waktu yang dapat dibandingkan.Â
Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya perubahan iklim berdampak luas pada kehidupan di berbagai belahan dunia, seperti pola curah hujan, frekuensi dan distribusi cuaca, mencairnya es di kutub, kenaikan permukaan laut, bencana alam, dan timbulnya penyakit pada makhluk hidup. IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) pada tahun 2022 menyatakan bahwa adanya penaikan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer dari tahun 1990 hingga 2019 secara signifikan yang bersumber dari CO2 hasil industri dan bahan bakar fosil (64%), CO2 dari alih fungsi lahan dan hutan (11%), metana (18%), N2O (4%), dab gas verflouorinasi/F-gases (2%).Â
Pentingkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam mengatasi peningkatan gas rumah kaca?
Perubahan iklim ialah perubahan jangka panjang dari distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu yang ditandai adanya peningkatan Frekuensi Bencana hidrometeorologis, seperti cadangan ketersediaan air yang semakin berkurang dan atau bahkan bisa menyebabkan kelebihan jumlah debit air pada waktu yang lain, serta kebakaran hutan dan lahan. Bencana-bencana hidrometeorologis tersebut berpotensi akan meningkat berdasarkan proyeksi perubahan iklim di masa mendatang, dan dapat berpengaruh pada ketahanan sumberdaya air, pangan, dan energi, Â di mana Indonesia sendiri mengalami curah hujan dengan tren intensitas dan frekuensi hujan ekstrem yang semakin tinggi, terutama di Jakarta. Selain itu, data BMKG menyatakan bahwa adanya peningkatan suhu di udara di Indonesia pada 30 tahun terakhir sekitar 0,1 derajat celcius. Kenaikan suhu di Indonesia hingga 2020 ini sudah mencapai 1,6 derajat celcius, sedangkan dunia telah memberi batasan hingga tahun 2030 kenaikan suhu udara tidak diperbolehkan lebih dari 1,5 derajat celcius.Â
Menghangatnya iklim di Indonesia juga akan disertai dengan musim kemarau yang semakin kering hingga 20 persen di beberapa wilayah Indonesia seperti di Sumatera Selatan, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu masyarakat harus menyadari Indonesia berlokasi di kawasan cincin api sehingga risiko bencana seperti gempa bumi, tsunami maupun gunung berapi, tanah longsor hingga banjir tidak terhindarkan.
Berbagai tantangan tersebut membutuhkan langkah antisipasi lebih dini agar Indonesia dan dunia mampu beradaptasi dan melakukan mitigasi secara tepat. Dapat dikatakan bahwa hal ini didesak karena pemanasan global yang terjadi secara berkepanjangan akan menimbulkan berbagai macam bencana alam dan penyakit-penyakit yang akan dirasakan oleh makhluk hidup. Sehingga sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam membuat kebijakan terkait penurunan gas emisi rumah kaca secara signifikan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat ialah dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan menggunakan transportasi umum, menghemat penggunaan listrik dan air, mengurangi penggunaan sampah plastik, dan menanam pohon di lingkungan sekitar.
Referensi
Zukmadini AY & Rochman F. (2023). EDUKASI MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MENGGUNAKAN FILM DOKUMENTER. Kumawula, Vol.6, No.1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H