Konflik merupakan suatu unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan serta persaingan baik sukarela maupun terpaksa. Pertentangan dapat muncul dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara kedua belah pihak yang berseberangan. Dalam buku Sosiologi Konflik & Isu-isu Konflik Kontemporer (2009) membahas pemikiran-pemikiran sosiologi klasik dan latar belakang sejarahnya. Kemudian menjadi cikal bakal bagi perkembangan sosiologi konflik kontemporer. Tokoh sosiologi konflik kontemporer adalah Lewis Coser, Ralf Dahrendorf, Paul Wehr, C. Wright Mills, Habermas, dan Johan Galtung. Pada artikel ini saya akan membahas terkait teori konflik dari Lewis A. Coser.
Lewis Alfred Coser adalah tokoh sosiologi konflik struktural. Lewis Alfred Coser atau biasa dikenal Lewis A. Coser lahir di Berlin,27 November 1913. Ia lahir dari keluarga Yahudi di Jerman. Pada masa Hitler,ia menjadi anggota gerakan mahasiswa sosialis di Jerman, karena itu Coser meninggalkan Jerman. Saat tinggal di Prancis,ia tidak memiliki pekerjaan dan hidup dalam kondisi kelaparan. Ia melaksanakan studi di Universitas Sorbonne,Prancis. Dari studinya itu,dapat mengantarkan Coser menjadi sosiolog terkemuka. Saat pindah ke Amerika Serikat, Coser mengajar di beberapa Universitas besar seperti Chicago University dan State University of New York.
Coser membedakan dua tipe dasar konflik,yaitu konflik realistis dan non realistis. Konflik realistis adalah konflik yang memiliki sumber yang konkret atau bersifat material, misalnya perebutan sumber ekonomi atau wilayah. Sedangkan konflik nonrealistis didorong karena adanya keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis. Misalnya,konflik antar-agama,antar etnis,dan konflik antar kepercayaan lainnya. Ketidakhadiran konflik di dalam suatu hubungan tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi stabilitas yang terbilang aman-aman saja.Â
Pihak-pihak tertentu mungkin mengekspresikan perasaan benci (hostile feelings) jika mereka merasa aman serta stabil dalam hubungan tersebut. Mereka justru menghindari kebencian karena takut akan mengakhiri hubungan tersebut. Jika suatu hubungan pihak tertentu stabil,konflik mungkin akan muncul antara mereka. Konflik dapat berfungsi sebagai sistem penyeimbang (balancing system) (Coser, 1957).
Pada bagian ini saya mencoba menghubungkan relevansi antara teori konflik Lewis A. Coser dengan pengalaman saya pada saat menjadi mahasiswa baru dalam acara PBAK UIN Sunan Kalijaga 2022. Dalam acara PBAK terjadi konflik antara mahasiswa dengan pihak Rektorat UIN Sunan Kalijaga. Pada pembukaan PBAK hari pertama hari Kamis 18 Agustus 2022 bertempat di Gedung Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah. Ketika saya memasuki ruangan tersebut sudah ada tulisan di spanduk yang mengatakan keluh kesah mahasiswa tentang kenaikan UKT. Pada acara ini setiap fakultas juga menyanyikan yel-yel terbaiknya.Â
Setelah itu menyanyikan lagu buruh tani dari Marjinal dan menyuarakan protesnya terkait UKT mahal. Kemudian keadaan mulai tidak kondusif hingga akhirnya security UIN Sunan Kalijaga masuk kedalam ruangan ini dan melepas semua tulisan spanduk tentang kenaikan UKT. Sangat disayangkan pelaksanaan hari ketiga PBAK pada Sabtu 20 Agustus 2022 tidak berjalan dengan lancar. Seharusnya pada hari ketiga ini menjadi puncak pelaksanaan acara.
Namun sejak pagi hari dari pihak Rektorat sudah membubarkan acara PBAK secara sepihak. Berdasarkan hasil audiensi pihak Rektorat dengan DEMA-U dan panitia PBAK, acara PBAK UIN Sunan Kalijaga resmi dibubarkan pada siang itu juga tanpa adanya closing ceremony. Hasil tersebut membuat panitia PBAK dan mahasiswa baru kecewa,termasuk saya sendiri.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah unsur pemicu konflik berasal dari perilaku konflik dimana perilaku konflik ini menjadi tindakan koersif dan non koersif. Konflik memiliki nilai positif ketika bisa dikelola dan diekspresikan sewajarnya (Coser,1957). Melalui pengelolaan konflik yang baik sebagai safety value, maka sistem akan berjalan dengan stabil dan berperan mengintegrasikan struktur sosial.
Referensi :
Novri Susan, M.A. (2009). Sosiologi Konflik & Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.