Mohon tunggu...
Siti Fatimah Nasution
Siti Fatimah Nasution Mohon Tunggu... -

hargai waktu maka kau akan tau cara menghargai dirimu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aksi Kami= Harga Mati

12 Desember 2013   06:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:02 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

AKSI KAMI = HARGA MATI

oleh Siti Fatimah Nasution

Setelah kita mendengar seringnya aksi demo yang dilakukan buruh akhir-akhir ini, membuat kita lupa kapan buruh tidak berdemo dan bekerja dengan tenang. Hampir berapa minggu sekali demo buruh selalu melengkapi laporan utama media elektronik dan surat kabar negeri ini. Setelah hampir 3 bulan lamanya kegiatan aksi ini terus tidak mendapatkan titik temu.

Tentu masih teringat pada demo yang dilakukan para buruh awal september lalu tepatnya tanggal 9 September 2013 terkait penuntutan UMP 2014 sebesar Rp 4,5 juta,-. Lalu karena tidak ada hasil yang sesuai dengan keinginan para buruh mereka datang kembali pada tanggal 16 september 2013 datang dengan tuntutan yang lebih ringan mereka menginginkan kesepakatan gaji sebesar Rp 3,7 Juta aksi demo ini semat mendapat sindiran dari presiden SBY karena pengeras suara yang diakai para buruh untuk berdemo menggangu kegiatan didalam istana negara saat itu.

Di akhir oktober pun kita disuguhkan kembali dengan aksi yang lebih dari buruh tangerang yang melakukan aksi demo dengan mengepung beberapa kawasan di tangerang seperti kawasan industri Kota Tangerang, Kantor Kabupaten Tangerang, Lampu Merah Pemda Tangerang Cikupa oleh FSPMI-KNGB yang disinyalir melibatkan 5.000 massa serta kantor Walikota Tangsel yang tak luput akan dikepung.http://m.sindonews.com/read/ada-demo-buruh-hindari-lokasi-ini.

Ternyata tak berhenti disitu saja, kegiatan demo yang paling buruk tercatat menurut saya adalah aksi buruh pada tanggal 3 Desember 2013 lalu, bagaimana tidak para buruh se-Banten melakukan longmarch didepan Pendopo Gubernur Banten. Aksi ini dilakukan dengan cara memblokir jalan Tol Ciujung-Banten, yang dilakukan oleh ribuan buruh ini mengakibatkan kemacetan panjang di sekitaran tol Tangerang-Merak. Arus kendaraan pun bergerak tersendat aksi buruh yang dimulai pukul 07.30 ini tentu akan berdampak sangat buruk pada kelancaran aktivitas sekitaran Tol Tangerang dan panjang kemacetan sampai 10 KM hari itu.

Benar saja, sampai sore ternyata kendaraan yang melintas di sepanjang tol ini harus bersabar untuk mampu melewatinya. Pada hari itu aksi demo ini menjadi perbincangan dan laporan utama berbagai media. Sebagian masyarakat malah menjadi semakin geram dengan aksi-aksi yang dilakukan para buruh. Hal yang membuat lumpuh akivitas mereka hanya karena tuntutan yang belum sampai sekarang menemui titik temu ini terus saja akan menghasilkan dampak-dampak yang merugikan bagi masyarakat banyak.

Seperti pembahasan di artikel saya sebelumnya mengenai “Klasifikasikan Gaji Karyawan” pemerintah seharausnya sekali lagi memikirkan solusi terbaik bagi buruh. Agar tidak terus menerus aksi-aksi buruh menghiasi layar televisi. Hal yang tidak berat jika pemerintah dan perwakilan buruh mau duduk bersama membicarakan solusi terbaik untuk permasalahan ini.

Pemberian gaji harusnya disesuaikan dengan taraf kebutuhan pemenuhan hidup ditiap daerah, tentu sekali lagi berbeda pengeluaran untuk keperluan seseorang ditiap daerahnya. Berbeda pengeluaran di kota besar dengan pengeluaran kota kecil. Hal itulah yang perlu diperhatikan pemerintah untuk dapat menjawab ermasalahan ini. Permintaan menyamakan UMP tiap daerah tentu tidak bisa dilakukan. Jika disamakan tentu akan ada pihak-pihak yang merasa tidak adil dan alhasil akan terus kembali muncul demo-demo buruh selanjutnya.

Banyak aksi buruh yang negatife, tidak sedikit pengerusakan dan anarkisme terjadi di setiap aksi yang dilakukan. Belum lama ini kita mendengar berita demo buruh yang mengakibatkan anarkisme pengerusakan sebuah mobil BMW dan beberapa motor yang diparkir di kantor Bupati Tangerang hanya karena tuntuan buruh tak direvisi

Suasana yang tidak baik bagi pertumbuhan bisnis di Indonesia, tentunya membuat citra negatif bagi negara kita ini dimata pebisnis mancanegara. Banyak pebisnis yang berinvestasi di Indonesia pulang kembali ke negaranya karena keadaan yang ridak kondusif bagi jalannya keamanan di Indonesia.

Hal ini tentu akan berdampak negatif bagi nasib para buruh, memang gaji bagi meraka ibarat nyawa bagi kehidupan keluarganya tapi jika pemutusan kontrak dan penarikan kesepakatan kerja seperti investasi dan pabrik-pabrik asing dinegara ini tidak ingin lagi melanjutkan kepercayaan disini maka dampaknya akan buruk bagi kehidupan jutaan buruh yang hidup dan bekerja dibawah naungan industri milik asing.

Selain itu hal yang menjadi salah satu faktor terus terjadinya demo karena komunikasi organisasi yang kurang baik dari kalangan atas sebagai pemilik kebijakan yaitu pemerintah, serta mereka pemilik perusahaan yang mungkin kurang berkomunikasi atau mendengarkan apa yang diinginkan para buruh tersebut sehingga terusnya aksi-aksi menjadi pilihan para buruh untuk menuntut hak mereka.

MEDIA TAK LAGI BERSAHABAT

Pemberitaan yang sering muncul mengenai aksi demo ini malah bukan menimbulkan simpati tapi masyarakat malah akan tak peduli bahkan geram dengan hal yang dilakukan para buruh. Masyarakat akan menggangap bahwa buruh hanya kebanyakan demonya dibanding mereka bekerja, hal ini tentu pandangan yang akan mengeser rasa peduli masyarakat mengenai tuntuttan yang harusnya diterima pemerintah.

Media tidak hanya memeberitakan kegiatan yang dilakukan pendemo namun hal negative yang biasa terjadi disetiap demo berlangsung. Anarkisme, ricuh, korban jiwa, luka-luka menjadi hal pemberitaan yang melengkapi aksi akhir-akhir ini.

Memang bukan salah media, karena media hanya melaporkan kejadian yang sebenar-benarnya terjadi dilokasi para demonstran. Namun demonstran juga harus pintar karena media harusnya menjadi tempat mereka mencari simpati masyarakat untuk menyamakan pendapat agar masyarakat pun ikut simpati dan peduli hingga akhirnya pemerintah akan mendengar apa yang mereka suarakan sampai saat ini mengenai kenaikan gaji sesuai dengan kesepakatan yang mereka inginkan menjadi UMP 2014 sebesar Rp 3,7juta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun