Mohon tunggu...
Siti Fatimah Nasution
Siti Fatimah Nasution Mohon Tunggu... -

hargai waktu maka kau akan tau cara menghargai dirimu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lagu Religi: Syi’ar, Komersil atau Pencitraan

19 November 2013   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:57 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

LAGU RELIGI: Syi’ar, Komersil atau Pencitraan .

Oleh Siti Fatimah Nasution

Seperti yang kita ketahui bahwa musik lahir dari pelampiasan kekaguman atas keindahan, ataupun pelampiasan rasa haru, sedih, benci, kecewa, bahagia, dan rasa-rasa lainnya. Intinya secara psikologis, musik menjadi sebuah luapan emosional bagi siapaun pendengarnya  karena musik dapat mempengaruhi suasana ruang batin seseorang. Entah apakah itu suasana bahagia ataupun sedih, bergantung pada pendengar itu sendiri.

Dalam komunikasi, musik  termasuk sebagai fungsi hiburan karena menjadi produk seseorang seniman dimedia massa. Musik dapat diterima di media massa dengan baik karena fungsinya untuk meyakinkan, sebuah luapan emosi, dan pilihan dari hiburan masyarakat. musik terbagi menjadi dua kategori, yakni musik tradisional dan musik modern. Musik tradisional itu seperti musik daerah yang kita ketahui sedangkan music modern seperti musik-musik pop, hip hop,jazz, dll.

Musik modern banyak menciptakan genre-genrenya sendiri, dan kali ini saya akan menulis mengenai pengaruh lagu religi. Lagu-lagu religi mungkin akan sering terdengar atau dilantunkan pada waktu ramadhan tiba, ramadhan biasa umat islam jalankan satu tahun sekali selama 30 hari. Waktu yang singkat bukan jika dibandingkan dengan jumlah hari dalam satu tahun lamanya. Tapi waktu yang singkat itu mungkin tidak disia-siakan pula bagi para seniman musik.

Lagu religi yang sering kita dengar biasanya berlirikan dengan kata-kata yang dapat mengugah perasaan seseorang menjadi terhanyut. Kata-kata yang biasa dipakai adalah kata-kata yang sangat spiritual layaknya membuat kita seperti berdizikir, itulah cerminan yang sesunguhnya dalam sebuah lagu religi. Tapi apa hanya sebatas untuk berdikir saja. nyatanya tak demikian lagu-lagu religi kini bak tambang emas bagi para seniman musik, bagaimana tidak dibulan ramadhan tentunya kita akan disuguhkan dengan penyanyi-penyanyi religi dadakan.

Entah karena ingin memanfaatkan mencari pahala syi’ar seperti yang dilantunkan lewat liriknya atau hanya sebagai tempat mencari komersil. Alasan ini memang tidak bisa menjudge begitu saja para penyanyi lagu religi ini tapi bagaimana tidak jika memang yang kita lihat seperti itu. Coba kita lihat jika dibulan ramadhan, baik penyanyi solo wanita atau lelaki, serta band berbondong-bondong membuat lagu religi atau menyanyikan ulang kembali lagu religi yang telah ada. Hal inilah yang menjadi asumsi bahwa lagu religi di suasana ramadhan hanya mencari peruntungan dan penambahan pundi-pundi pemasukan mereka.

Lagu religi pada saat ramadhan memang memiliki rating yang tinggi dengan suasana ramadhan yang begitu kuat tentu akan menarik perhatian orang untuk melihat dan mendengarkannya. Suasana spiritual yang kuat diiringi dengan lagu-lagu nuansa islami yang dibumbui lirik-lirik sendu nan pesan sosial yang kuat menjadi faktor bagaimana tingginya peran lagu religi di bulan puasa. Siapapun bisa menyanyikan musik rohani sekarang, tapi tidak sedikit penempatan-penempatan yang salah terhadap siapa penyanyinya.

Contohnya saja band geisha yang meluncurkan single  religi nya berjudul “Tuhanku” di tahun 2012 lalu, jika didengarkan memang begitu indah lantunan kata-kata dalam lagu tersebut dikompilasikan dengan suara vokalis yang sendu tentu menambah penghayatan lagu ini semakin menyejukan. Tapi jika ditelisik tau tidak bahwa momo vokalis band geisha tersebut itu beragamakan non islam. Hal ini menjadi tinjauan bahwa lagu religi memang focus untuk bersyia’ar atau sekedar meramaikan suasana ramadhan saja. Bukannya tidak membolehkan, hanya islam tidak membenarkan.

Hal lain yang menjadi fenomena selanjutnya adalah para penyanyi religi dadakan. Dibulan ramadhan yang diartikan sebagai bulan penuh berkah itu memang menjanjikan keberkahan yang besar tentunya, maka sebab itu banyak artis-artis yang banting setir menjadi penyanyi religi, bukan hanya penyanyi pop atau anak-anak band saja tapi tidak sedikit artis-artis sinetron yang ikut beramaikannya. seringkali frontal dengan apa yang mereka gunakan dengan apa yang mereka nyanyikan. Jika kita perhatikan para penyanyi nya, seharusnya jika menyanyi sebuah lagu yang bernuasnsakan rohani perempuannya berjilbab, berpakaian sopan lalu laki-lakinya berpakaian koko, peci atau layaknya grup nasyid lah.

Tapi coba kita lihat para penyanyi dadakan ini lebih sering wanitanya hanya memakai kerudungnya saja tapi tetap melihatkan poni dan lekuk tubuhnya, sedangkan laki-lakinya tetap berpenampilan maskulin layaknya keseharian mereka sebagai anak band.Sunguh ironis bukan penyanyi lagu religi-religi itu yang hanya mencari keuntungan komersil yang memang di fikirknya sebagai peluang investasi yang menjanjikan. Tidak hanya berhenti disitu saja fenomena lain yang harusnya kita cermati adalah pembentukan citra atau bahkan perbaikan citra yang dilakukan para penyanyi dadakan ini.

Pemain sinetron menjadi penyanyi religi, mereka yang biasanya berperan antagonis tiba-tiba menjadi penyejuk hati ,atau penyanyi yang biasanya memang sering seronok muncul dengan pakaian-pakaian muslimah yang mungkin menjadi hal aneh bagi yang tak biasa melihatnya berbeda penampilan seperti itu. Contohnya saja grup penyanyi dangdut trio macan yang pada tahun 2012 lalu ikut beramaikan pasar musik religi saat itu. Sesuai dengan artikel trio macan : bisa berubah dalam klikberitawanita.blogspot.com

Lalu sekarang apakah lagu religi yang dikenal sebagai penyejuk hati dan iman itu menjadi benar-benar  syiar atau sebatas menjadi peluang mencari komersil dan perbaikan citra saja dimata masyarakat bagi para penyanyi dadakan tersebut. Padahal kalo difikir sayang sekali waktu 30 hari yang singkat itu hanya digunakan sebagai ajang penumpukan-penumpukan pemasukan saja. kasihan kan dengan nasib para penyanyi religi sesunguhnya yang butuh waktu dan pemahaman agama yang sangat dalam untuk dituliskannya sebagai lirik yang sangat spiritual.

Kini fungsi ibadah dakwah lewat lagu itu menjadi miris, padahal bagi para penyanyi religi bulan ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan bagi mereka apalagi tempat dimana mereka berbagi ilmu islam dan dakwah penyampai ilmu islam yang tepat di masa ramadhan yang sangat spiritual. Pemanfaatan media yang digunakan penyanyi dadakan sebagai pembentukan citra itu membuat masyarakat yang mudah saja menerima apa yang disajikan menjadi hal yang membuat terpuruk bagi sebagian pihak.

MEDIA HARUS MEMILAH

Dalam problematika ini mungkin salah satu solusinya adalah media dapat memilah mana yang baik dan pantas ditayangkan bagi pemirsanya, jangan hanya memikirkan rating untuk pemasukan saja toh rating tidak mempengaruhi khalayak. Tapi penyiaran yang terus menrus membuat masyarakat ikut menyaksikan dan menjadi mengikuti.

Misalnya saja media jika ingin menyuguhkan lagu religi harus sesuai dengan apa yang ditampilkan jangan hanya karena penyanyi sangat dikenal msyarakat tapi bukan dari kalangan penyanyi religi baiknya tidak digunakan. Media baiknya memberikan kesempatan untuk para penyanyi-penyanyi religi yang sesunguhnya, penyanyi religi sebenarnya memang terhitung jari misalnya opick,sulis,hadad halwi.

Baiknya diberikan kesempatan untuk mereka mensyi’arkan pesan sosial dan agama dalam lagu religinya. Bulan ramadhan kan hanya sebulan jadi sebaiknya diisi dengan mereka yang memang layak untuk diperdengarkan kepada masyarakat. kasian kalo mereka-mereka yang benar-benar niat untuk berdakwah melalui lagu ini menjadi tertutup hanya karena maraknya penyanyi religi dadakan saja. Sehingga masyarakat bisa lebih menikmati suasana ramadhan penuh berkah itu menjadi lebih islami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun