Review pada dasarnya adalah salah satu cara meminta pendapat dari pengguna, baik barang maupun jasa. Fase meminta pendapat ini ada beberapa tahap. Lisan, survey, kuesioner hingga ulasan melalui tulisan yang bernama review.
Namun, meminta pendapat secara lisan dalam bentuk tanya-jawab atau wawancara langsung di tempat, kendalanya ada pada keterbatasan waktu dan ada keraguan terhadap jawaban yang diberikan.
Karena kita ini kan sudah dari dulunya sampe sekarang, masih banyak ga enakan. Kalau main tembak langsung ditanya, biasanya senyum-senyum aja, positif-positif saja. Satu, dualah yang mau jujur di tempat.
Memahami kondisi itu, mulailah pemilik usaha meminta pendapat dengan cara mengisi survey dan kuesioner, yang bisa lebih spesifik menggali informasi dan tercatat, juga mulai menyediakan kotak kritik dan saran. Agar mendapatkan pendapat dari pengguna langsung.
Persoalannya, banyak pengguna barang dan jasa tersebut yang malu untuk menulis kritik dan saran karena dilihatin pegawai meski dari jauh, males ditungguin pas jawab survey atau kuosioner. Memakan waktu lama. Sehingga sering ngasal aja jawabnya. Ya kan?
Metode meminta pendapat ini kemudian berkembang seiring kemajuan jaman dan teknologi, melalui ulasan dalam bentuk tulisan, langsung dari penggunanya.
Dengan cara ini, Pembeli merasa lebih aman dan nyaman, karena bisa mengulas bebas barang dan jasa yang mereka pakai. Ga khawatir disamperin, tidak cemas jika identitas ketahuan, ga perlu deg-degan dilihatin dan ditungguin. Sehingga pendapat yang dituliskan diharapkan jujur dan sebenar-benarnya.
Mari kita umpamakan warung nasi.
Dulunya pedagang ini jualan nasi lingkup antar RT-RW. Kemudian ada yang review tanpa diminta, dan review tersebut lalu masuk ke situs-situs kuliner. Orang-orang mulai ramai berdatangan dan skup usaha serta calon pelanggan pun meluas. Keuntungan kian bertambah.
Tak hanya soal menu saja, kalau tisu kurang, sanitasi tak memadai  atau bahkan ga suka motif piring sajian pun, pelaku usaha bisa tahu dari ulasan itu. Tabiat buruk karyawan yang pedagang itu sendiri tidak lihat, juga bisa tahu dari ulasan itu. "Nasinya enak, murah. Sayang, karyawannya galak" misalnya.
Dengan kelola-analisa data ulasan tersebut, Pedagang nasi mulai mengenali kebutuhan, target dan selera pasar. Menentukan menu mana yang jadi favorit, unggulan, wajib ada, atau pilihan. Cita rasa apa yang cocok. Apa yang tidak disukai dan diinginkan pelanggan.