Tanaman sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat. Sagu memegang peranan penting dalam penganekaragaman makanan untuk menunjang stabilitas pangan. Tanaman sagu merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia, khususnya di Provinsi Riau Kabupaten Meranti.
Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan daerah potensial penghasil sagu di Indonesia (Bintoro, 2008). Hampir disemua kecamatan tersebar tanaman sagu. Luas lahan tanaman sagu pada tahun 2015 di Kabupaten Meranti mencapai 50.514 Ha dengan total produksi tanaman sagu sebesar 287.349 ton, dan petani yang terlibat dalam usahatani sagu mencapai 7.484 KK. Perkebunan sagu ini umumnya dikelola oleh rakyat dan hanya ada satu perusahaan swasta. Perkebunan milik rakyat yang memproduksi sagu terbanyak adalah Kecamatan Tebing Tinggi Timur dengan jumlah produksi sebanyak 71.942 ton (BPS Kabupaten Meranti, 2017).
Potensi sagu yang besar di Kabupaten Meranti berdampak pada tingginya produksi sagu yang turut mendukung keberadaan kilang sagu dibeberapa Kecamatan di Meranti. Kilang sagu berfungsi untuk mengolah tanaman sagu menjadi sagu basah atau tepung sagu. Kilang sagu sebagian besar dikelola oleh rakyat setempat. Sagu merupakan produk unggulan untuk pengembangan agroindustry (Elida, 2017). Penduduk setempat mengolah tepung sagu menjadi bermacam-macam makanan dalam skala industri kecil dan rumah tangga (Indrawati & Caska 2015).
Lantas apa saja macam-macam makanan yang dapat dihasilkan dari tanaman sagu ini? Pada dasarnya, tanaman sagu diolah terlebih dahulu menjadi tepung. Selanjutnya tepung tersebut diolah sebagai bahan baku berbagai makanan, antara lain mie, Sinonggim, Kapurung, Bageak, kerupuk, cendol, empek-empek dan lainnya.
Secara umum, Mie Sagu adalah salah satu makanan khas Provinsi Riau yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti. Mie Sagu ini adalah produk pangan (pokok) yang dapat dibuat dari pati sagu. Menurut (Tajuddin Bantacut 2011), tepung pati sagu merupakan sumber karbohidrat dengan 347,72 energi (kalori). Mie sagu dapat diolah menjadi berbagai menu masakan seperti mie sagu goreng, mie sagu rebus dan mie sagu kuah. Produk ini mempunyai keunggulan tidak mengandung gluten (gluten free food) sehingga baik untuk pangan pokok. Saat ini kuliner mie sagu banyak diminati oleh Masyarakat Riau, wisatawan domestic, bahkan manca negara. Wisatawan yang datang ke Riau lebih tertarik pada kuliner lokal atau kuliner tradisional dibandingkan yang siap saji.
Tanaman sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan alternative dan dapat dibuat mie. terutama di kawasan timur Indonesia. Dari sisi kesehatan, mie sagu memiliki keunggulan dibanding mie terigu karena mengandung resistant starch (RS). RS adalah fraksi pati tidak tercerna yang secara fisiologis berfungsi seperti serat makanan, sehingga baik bagi kesehatan usus dan sebagai prebiotik. Kadar RS miee sagu sekitar 3-4 kali dari RS dalam mie instan dari terigu. Mengkonsumsi mie sagu juga tidak akan menimbulkan lonjakan kadar glukosa dalam darah sehingga aman bagi penderita diabetes melitus.
Di samping sebagai makanan pokok, Mie Sagu mempunyai manfaat lain diantaranya :
- Salah satu penelitian menyebutkan bahwa tepung sagu di Malaysia dijadikan sebagai bahan dasar untuk memproduksi glukosa. Mengingat 90 persen lebih dari sagu adalah karbohidrat, maka hal tersebut sangat mungkin bisa dilakukan.
- bahan pangan ini juga memiliki peranan yang cukup signifikan dalam industri tekstil. Sagu digunakan sebagai pengikat serat, sehingga membuat mesin lebih mudah melakukan pemintalan. Kemampuan sagu dalam mengikat kumpulan serat akan memudahkan proses pembuatan kain sebagaimana yang diinginkan.
- Pemakaian lain dari sagu ternyata juga dipakai untuk menunda rasa lelah ketika melakukan aktivitas fisik. Sebuah penelitian bahkan mengungkapkan, kombinasi sagu dan protein dari kedelai berguna untuk memperkuat stamina tubuh ketika melakukan aktivitas fisik.
- Sebagai pakan ternak, sagu merupakan salah satu bahan yang mudah didapat, murah, dan memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi hewan ternak. Tidak hanya dalam sektor peternakan, sagu juga banyak digunakan dalam industri pangan. Tepung sagu kerap dipakai sebagai bahan pengental, penebal, hingga penambah tekstur pada aneka kue dan makanan ringan. Oleh karena itu, untuk mencapai manfaat tersebut perlu adanya pengelolaan yang baik, jelas dan tepat oleh pemerintah dan penduduk setempat. Seperti adanya peran Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM dalam Pemberdayaan pelaku usaha kecil menengah berbahan sagu di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Meranti . Kesuksesan dalam pencapaian manfaat tersebut tergantung pada seperti apa upaya mencari strategi dan cara-cara yang tepat untuk memberdayakan pelaku usaha kecil menengah berbahan sagu di  Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Meranti dalam memperbaiki kehidupan mereka. Tentu  program-program kerja ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.Banyak program-program Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Kepulauan Meranti selaku lembaga sebagai penyedia dana dan bertanggung jawab terhadap segala kegiatan dalam pembangunan masyarakat seperti ini. Contoh-cotntoh program kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Kepulauan Meranti antara lain adalah Program-program untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya pelaku usaha melalui pemberdayaan adalah hasil dari penjabaran rencana startegis pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, maka melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai instansi teknis telah membuat rencana strategis yang mempunyai Visi yaitu " Terwujudnya pusat perdagangan dan jasa yang didukung oleh industri, koperasi yang mapan, guna menunjang ekonomi kerakyatan menuju masyarakat sejahtera " .
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas maka ditetapkan 9 (Sembilan) misi yang yang memuat tujuan dan sasaran strategi pembangunan perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM yang bersinergi dengan visi dan misi Kabupaten Kepulauan Meranti periode 2011 -- 2015 sebagai berikut :
1. Meningkatkan kompetensi aparatur (Good Governance)
2. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana industri, perdagangan, dan metrology seperti pelabuhan barang, pos-pos penjagaan di daerah perbatasan.
3. Menerapkan teknologi tepat guna dan memanfaatkan potensi wilayah untuk mewujudkan kemandirian industri kecil dan menengah serta menumbuhkan wirausaha baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Mengawasi dan mengendalikan kelancaran arus barang dan jasa serta mewujudkan pelaku usaha yang tertib dan jujur dalam rangka perlindungan konsumen.
5. Meningkatkan akses pasar dan informasi usaha
6. Meningkatkan kerjasama bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM antar Pemerintah Daerah, Propinsi, dan Pusat serta lembaga dan organisasi yang terkait
7. Mewujudkan kegiatan industri, dagang yang ramah lingkungan serta penerapan standarisasi produk.
8. Mendukung dan memfasilitasi terbentuknya produk unggulan khas Kabupaten Kepulauan Meranti
9. Memberikan Kemudahan dalam pengurusan izin usaha bagi para pelaku usaha.
Untuk mewujudkan misi tersebut, maka dalam tatanan program dan kebijakan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Kepulauan Meranti senantiasa mengarahkannya pada peningkatan kemampuan seluruh sumber daya para pelaku usaha. Seperti bantuan modal, bantuan peralatan produksi dan berbagai macam ketrampilan untuk berusaha dan pengetahuan untuk memperluas usaha.
Potensi sagu untuk dikembangkan sebagai bahan pangan pengganti beras sangat besar. Sagu mampu memberikan pati kering sepanjang tahun mencapai 25ton per hektare, melebihi kemapuan produksi pati dari beras sebesar 6ton atau jagung yang hanya 5,5 ton per hektare. Tepung sagu basah mampu dihasilkan oleh setiap batang sagu hingga 200 kg per tahun. Tepung sagu juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yaitu 84,7 gram per 100gram bahan. Kandungan karbohidrat pati sagu setara dengan karbohidrat tepung beras, singkong, kentang, atau jika dibandingkan dengan jagung dan terigu maka kandungan karbohidrat sagu masih lebih tinggi. Energi yang dikandung tepung sagu dalam setiap 100 g tepung sagu adalah 353 kkal, setara dengan bahan pangan lain, seperti: beras, jagung, singkong, dan kentang. Selain itu, sagu menghasilkan pati tidak tercerna yang sangat baik untuk pencernaan (Nggobe, 2005).
Lantas, bagaimanakah proses pengolahan sagu ? Proses pengolahan sagu dilakukan oleh masyarakat secara perorangan maupun berkelompok pada lokasi-lokasi tertentu. Hingga saat ini pengolahan sagu masih dilakukan secara tradisional dan masih terbatas pada pengambilan tepung sagu untuk kebutuhan bahan makanan. Penggunaan sagu secara tradisional untuk bahan makanan secara umum dikelompokkan ke dalam enam cara, yaitu: 1) berbentuk adonan lengket seperti nasi, antara lain: papeda (Papua), kapurung (Sulawesi Selatan), dan sinonggi (Sulawesi Tenggara). 2) Sagu panggang seperti lempeng sagu (dange, sagu rangi), 3) mie sagu, 4) aneka makanan ringan (bagea, ongol-ongol, cendol), (5) mutiara sagu, dan (6) pati sagu kering atau tepung sagu kering (Haryanto & Pangloli, 1992). Proses pengolahan sagu dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: metode tradisional dan modern. Metode tradisional dibagi menjadi dua skala, yaitu: skala domestik dan pengolahan skala kecil. Skala domestik dilakukan oleh secara perorangan, dimana pohon sagu ditebang dan diproses langsung di kebun sehingga batang-batang sagu yang telah dipotong tidak perlu diangkat atau dipindahkan jauh dari lokasi pohon. Pengolahan sagu skala kecil atau skala pabrik, proses pengolahan sagu dilakukan secara berkelompok dan telah menggunakan beberapa alat mekanis. Pada skala pabrik, batang-batang pohon sagu dipotong dengan ukuran yang lebih pendek, 1-1,2 m kemudian diangkut ke pabrik melalui sungai atau menggunakan kendaraan (Flach, 1997; Ruddle et al., 1978). ). Pabrik pengolahan sagu skala kecil ini memproduksi lamentak (tepung sagu olahan basah) yaitu tepung sagu yang prosesnya dilakukan dengan mengeringkan dibawah sinar matahari. Sebagian besar daerah di Indonesia yang memiliki perkebunan sagu masih menggunakan proses pengolahan dengan cara tradisional (Zulpilip et al., 1991).
Proses pengolahan sagu dengan cara modern dilakukan dengan modifikasi proses ekstraksi pada pabrik skala kecil. Proses ekstraksi berlangsung lebih cepat karena seluruh proses pengolahannya menggunakan sistem mekanis (Karim et al., 2008). Proses pengolahan sagu cara modern ini digunakan oleh pabrik-pabrik skala besar dengan jumlah produksi pati sagu mencapai 25 ton/ha/tahun. Pati yang dihasilkan merupakan pati kering yang mengalami proses pengeringan dengan mesin. Pabrik sagu skala besar digunakan di Sarawak, Malaysia (Singhal et al., 2008).
Peran Sagu Sebagai Kekayaan Alam Dan Kearifan Lokal Menjadi Sumber Pangan Yang Menciptakan Kekayaan Kuliner Nusantara adalah contoh sempurna bagaimana kekayaan alam dan kearifan lokal menjadi sumber pangan yang menciptakan kekayaan kuliner Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H