Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menulis membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tinta pena dan air mata

16 Januari 2025   11:47 Diperbarui: 16 Januari 2025   11:47 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di meja sunyi kuhadirkan asa,  

Menulis mimpi di atas kertas fana,  

Namun tinta pena tak selamanya bisa,  

Menghapus letih yang kian terasa.  

Setiap kata bertarung dengan luka,  

Antara harapan dan tangis yang meronta,  

Seakan skripsi ini adalah neraca,  

Menimbang waktu dan jiwa yang tersisa.  

Dalam diam kuhirup aroma senja,  

Kopi hitam menyapa, hati mulai lega,  

Meski air mata jatuh tanpa jeda,  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun