Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Matahari yang Sinarnya Sering Dihindari

14 Oktober 2024   20:57 Diperbarui: 14 Oktober 2024   20:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Matahari, engkau raja di langit biru,
Sinarmu menembus awan, memeluk bumi,
Namun, ada kalanya kau tersembunyi,
Dihindari oleh bayangan dan rasa takut,
Seolah keberadaanmu adalah beban bagi hati.

Kau datang dengan cahaya yang cerah,
Membawa hangat di saat dingin menjelang,
Tapi banyak yang memilih untuk menghindar,
Takut pada panas yang membakar jiwa,
Melepaskan harapan di bawah tirai kelam.

Di balik daun, di antara pepohonan,
Engkau bersembunyi, menunggu untuk ditemukan,
Namun di sana, jauh di dalam hati,
Ada pengakuan akan keindahanmu,
Bahwa cahaya dan kehidupan tak bisa dipisah.

Matahari, kau adalah peluk hangat bagi bumi,
Menyirami hidup dengan sinar yang tulus,
Kau ajarkan kita arti harapan,
Meskipun terkadang kau terasa menyakitkan,
Cahaya mu selalu membawa kebangkitan baru.

Banyak yang menutup mata, melarikan diri,
Namun, siapa yang bisa menolak keindahanmu?
Karena di dalam setiap sinar yang kau pancarkan,
Terdapat kekuatan untuk bertahan,
Menghadapi setiap badai yang datang.

Jadilah berani, hadapi sinar yang terik,
Kau akan menemukan hidup dalam setiap cahaya,
Matahari, meski sinarmu sering dihindari,
Kau tetap setia, menghangatkan bumi ini,
Menyebarkan harapan di setiap sudut hati.

Saat kelam datang menyelimuti malam,
Kau tak pergi, hanya bersembunyi sejenak,
Menanti fajar untuk kembali bersinar,
Dengan pesan bahwa hidup selalu ada harapan,
Di balik setiap bayangan yang menunggu untuk pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun