Seribu tahun lamanya,
aku menanti dalam hening,
di antara bayang-bayang waktu,
yang berputar dalam lingkar tak berujung.
Setiap detik menjadi abadi,
seperti debu yang menari di udara,
menggenggam kisah-kisah terpendam,
yang terukir dalam lapisan sejarah.
Aku mendengar suara-suara lembut,
dari zaman yang telah berlalu,
seperti angin berbisik dalam kesunyian,
mengisahkan harapan dan kerinduan.
Di sini, di titik tak berbatas,
cinta dan kehilangan bertemu,
seribu tahun lamanya,
aku akan tetap menunggu,
karena cinta yang tulus takkan lekang oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H