Di tepi jalan yang sunyi dan lengang,
Terbaring seikat mawar merah memudar,
Tak ada tangan yang sudi menggenggam,
Hanya angin dan debu yang lalu lalang.
Kelopaknya pernah mekar indah sekali,
Menyimpan cinta yang hangat dan tulus,
Tapi kini ia tergeletak sepi sendiri,
Menunggu sapa yang tak kunjung terwujud.
Tak ada kata, tak ada janji yang tersisa,
Hanya sisa wangi yang menyapa senja,
Seikat mawar di jalan yang terlupa,
Adalah saksi bisu cinta yang pudar sirna.
Namun meski sendiri, ia tetap berbunga,
Menunjukkan bahwa cinta tak perlu dilihat,
Kadang ia tumbuh di tempat yang tersembunyi,
Di jalan sunyi, ia tetap hidup, meski perlahan mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H