Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi yang Tak Pernah Tiba

22 September 2024   12:34 Diperbarui: 22 September 2024   12:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di cakrawala yang suram,
tergantung janji akan pagi,
namun bintang-bintang tetap bertahan,
seakan enggan beranjak dari malam.

Setiap fajar yang dinanti
seperti ilusi di ujung jalan,
hanya bayangan di luar jangkauan,
yang tak pernah benar-benar menyentuh.

Gelap malam melingkupi,
menyapu dengan lembut,
sementara waktu mengalir lambat,
seperti sungai yang tak pernah sampai ke laut.

Pagi yang diidamkan
bersembunyi di balik awan kelabu,
sebuah mimpi yang tak kunjung nyata,
menjanjikan cahaya yang tak pernah datang.

Setiap detik terasa berat,
terasa seperti eon,
pada saat matahari memanjat,
namun tak pernah mencapai puncaknya.

Di tengah kegelapan,
ada harapan yang membara,
meski pagi masih jauh,
dan malam terasa tak berujung.

Namun dalam kesunyian,
ada pelajaran yang berharga,
bahwa bahkan dalam gelap yang panjang,
ada kekuatan dalam menanti.

Pagi yang tak pernah tiba,
menjadi kisah dalam hening,
dan dalam kesabaran malam,
kita menemukan arti dari menunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun