Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pencakar Langit

4 Juni 2024   16:25 Diperbarui: 4 Juni 2024   16:27 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di langit kota yang tak pernah tidur,
Menara-menara baja berdiri tegap,
Mencakar awan, mencumbu langit,
Menggapai bintang, mimpi tak terlelap.

Jendela kaca memantul senja,
Menggenggam mentari dalam genggaman besi,
Rangka-rangka kokoh, mimpi manusia,
Menyentuh batas yang tak terbayangkan hati.

Di balik dinding dingin dan tinggi,
Kisah-kisah terukir dalam setiap lantai,
Ambisi, harapan, cinta dan sepi,
Bersatu dalam hiruk-pikuk kota raya.

Di malam sunyi, lampu-lampu gemerlap,
Menari dalam gelap, berkilau harapan,
Di puncak sana, di ujung menara,
Terdengar bisikan angin penuh impian.

Pencakar langit, saksi zaman,
Menyimpan rahasia di ketinggian,
Kita, manusia, yang berani bermimpi,
Menyulam asa di antara bintang-bintang.

Menara-menara yang tak gentar,
Berdiri menantang waktu dan angin,
Menjadi tanda, jejak peradaban,
Pencakar langit, puisi kota abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun