Di langit kota yang tak pernah tidur,
Menara-menara baja berdiri tegap,
Mencakar awan, mencumbu langit,
Menggapai bintang, mimpi tak terlelap.
Jendela kaca memantul senja,
Menggenggam mentari dalam genggaman besi,
Rangka-rangka kokoh, mimpi manusia,
Menyentuh batas yang tak terbayangkan hati.
Di balik dinding dingin dan tinggi,
Kisah-kisah terukir dalam setiap lantai,
Ambisi, harapan, cinta dan sepi,
Bersatu dalam hiruk-pikuk kota raya.
Di malam sunyi, lampu-lampu gemerlap,
Menari dalam gelap, berkilau harapan,
Di puncak sana, di ujung menara,
Terdengar bisikan angin penuh impian.
Pencakar langit, saksi zaman,
Menyimpan rahasia di ketinggian,
Kita, manusia, yang berani bermimpi,
Menyulam asa di antara bintang-bintang.
Menara-menara yang tak gentar,
Berdiri menantang waktu dan angin,
Menjadi tanda, jejak peradaban,
Pencakar langit, puisi kota abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H