Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memutar Waktu

16 Januari 2024   10:34 Diperbarui: 16 Januari 2024   10:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di setiap detik berlalu, takkan lenyap.
Kisah-kisah lama, dalam hati terpatri rapat.
Meski waktu merajut, memutar, mengikat,
Puisi tetap abadi, takkan pernah hilang.

Lautan kata mengalir, mengisi ruang hampa.
Dekap erat makna, menyentuh jiwa yang lara.
Walau badai datang, mengguncang dunia raya,
Puisi tetap teguh, takkan pudar jua.

Ketika bintang-bintang redup, malam menggandakan sepi,
Kata-kata bersinar, membelah kegelapan yang tiba-tiba.
Puisi menjadi cahaya, di tengah gelap yang mendalam,
Menyinari jalan, menjaga mimpi tetap terjaga.

Biar dunia berganti, zaman terus berubah,
Puisi tetap menjadi saksi, sejarah yang takkan lupa.
Di dalam hati manusia, dalam jiwa yang merajut asa,
Puisi akan terus bernyanyi, takkan pernah terlupa.

Sebab dalam setiap jiwa, ada ruang untuk puisi.
Di setiap detak jantung, ada irama yang abadi.
Meski zaman berganti, dan cerita berubah,
Puisi tak akan hilang, tetap abadi selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun