Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lautan Air Mata

16 Januari 2024   02:30 Diperbarui: 16 Januari 2024   02:32 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Di dalam gelapnya malam yang sunyi,
Bintang-bintang tak lagi bersinar memancar,
Hanya keheningan yang menyelimuti,
Dekap kehancuran yang menggenggam erat.

Bangunan megah runtuh tak bersisa,
Sejarah terkubur dalam debu dan lupa,
Puing-puing menumpuk, ingatan pun lenyap,
Reruntuhan menyaksikan masa yang pupus.

Lautan air mata mengalir deras,
Menghanyutkan sejarah dan mimpi-mimpi indah,
Duka cita merajai hati yang terluka,
Menanti cahaya, namun tak kunjung tiba.

Angin berbisik lirih, mengenang masa lalu,
Ketika alam dan manusia bersatu dalam harmoni,
Kini, hanya sunyi dan kesedihan yang menanti,
Di tengah-tengah kehancuran yang tak terbendung lagi.

Namun, dari kegelapan ada harapan yang terselip,
Dari puing-puing bangkit kembali semangat yang merdeka,
Kehancuran membawa pelajaran yang berharga,
Membangun kembali dengan jiwa yang lebih teguh dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun