Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Isyarat

29 Desember 2023   15:56 Diperbarui: 29 Desember 2023   16:22 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tepi jalan, ranting patah berdiri sendiri,
Mengisyaratkan masa lalu yang pernah indah.
Dulu, ia menari-nari dengan dedaunan hijau,
Kini, sendirian ia menghadapi hembusan angin.

Air mata embun mengelilingi luka yang terbentuk,
Cerita lama tentang kejayaan dan kejatuhan.
Tak lagi ada dedaunan yang menemani,
Ranting patah menunggu sang waktu kembali.

Namun, dalam patahnya ranting itu terukir harapan,
Bahwa suatu saat, ia kan tumbuh kembali dengan semangat.
Meski kini rapuh, namun tak hilang kekuatannya,
Ranting patah tetap berdiri, menantikan fajar yang baru.

Di setiap pecahannya, ada cerita yang terpendam,
Keabadian alam yang selalu mencipta dan merombak.
Seiring waktu, ranting patah akan kembali bersinar,
Menjadi saksi bisu dari keindahan dan penderitaan.

O, ranting patah, simbol kehidupan yang penuh makna,
Engkau mengajarkan kita tentang ketabahan dan harapan.
Meski patah, engkau tetap berdiri teguh,
Menyampaikan pesan tentang kekuatan dan cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun