Di tengah hidup yang penuh warna,
Kita berjalan dalam perjalanan panjang,
Seratus dua puluh hari, waktu yang berharga,
Untuk mengukir kisah yang tak akan hilang.
Hari pertama, matahari bersinar terang,
Kita berdua memulai langkah pertama,
Cinta tumbuh, seperti bunga yang mekar,
Dalam pelukan hangat asmara yang abadi.
Hari keempat puluh, cobaan datang menghampiri,
Badai dan hujan menguji kita berdua,
Tapi cinta kita kuat, tak tergoyahkan,
Seperti pohon yang berakar dalam tanah.
Hari delapan puluh, kita tertawa bersama,
Momen kebahagiaan, tawa, dan canda,
Setiap hari bersamamu adalah anugerah,
Kita bersyukur atas setiap detik yang ada.
Hari seratus dua puluh, akhir dari puisi ini,
Kita telah mengarungi samudra waktu bersama,
Cinta kita seperti bintang yang bersinar terang,
Di langit hati kita, selamanya bersama.
Seratus dua puluh hari, sebuah perjalanan,
Cinta yang tumbuh, mengalir seperti sungai,
Meski puisi ini hanya sebatas kata-kata,
Cinta kita akan abadi, selamanya menyala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H