Teman-teman sudah menjadi manager, Saya?
Dan pertanyaan-petanyaan lainnya yang pastinya tidak semua membuat kita terpacu, namun menjadikan orang lain sebagai standar kita. Memang ada beberapa orang yang menjadikan hal tersebut sebagai acuan supaya meningkatkan kinerja, namun sebagian membuat sebaliknya dan menjadikan diri menjadi rendah. Sehingga perlu dari kita kembali ke hakikat kita ada atau hidup. Tuhan pasti punya rencana. Kita harus fokus terhadap hakekat kita dan tujuan hidup kita.Â
Tidak perlu untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Nikmati setiap waktu yang diberikan oleh tuhan kepada kita dengan dua poin tadi. Hubungan kita dengan tuhan misalnya. Mungkin kita sudah kurang dekat dengan tuhan, atau perlu semakin dekat. Banyak hal yang perlu kita pelajari.Â
Mungkin pengetahuan kita terhadap tuhan masih kurang, atau cara ibadah kita belum benar. Selanjutnya terhadap hubungan kita dengan manusia yang mana pada hadits di atas lebih ditekankan kepada kebermanfaatan terhadap manusia. Mungkin kita lebih bermanfaat diposisi kita saat ini dibandingkan dengan apabila tidak diposisi tersebut. Tebarkanlah banyak manfaat selama kita bisa bermanfaat dengan hal sekecil apapun. Kita harus mulai dari sekarang.Â
Namun apabila dari dua hal tersebut kita sudah PD dan yakin semua sudah dilakukan. Kita sudah sangat dekat dengan tuhan dan kita sudah sangat bermanfaat dengan orang lain, lalu? Perbaiki diri kita kalau kita sudah berkata demikian. Artinya ada yang salah, karena masalah orang bodoh adalah malas, sedangkan masalah orang pintar adalah sombong. Jadi bagaimana kita? Semoga kita bebas dari masalah kebodohan dan kesombongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H