Pagi lagi, sama seperti kemarin, dan beribu-ribu hari. Sama pagi walau udara yang kuhirup berbeda. Bunga yang mekar beda. Burung kicaunya tak sama.
Doa pagi kulantunkan. Seperti ratusan pagi lain. Allah SWT tak pernah bosan mendengar doa hamba-Nya.
Aku pun bersiap memulai hari. Dengan kegiatan remeh temeh rumah tangga. Mendidihkan air. Mencuci baju. Masak untuk sarapan dan bekal ke kantor.
Suamiku bangun, dia menyapu halaman, lantai rumah, dan mandi.
Kami pun berdandan, ganti baju, dan aku berbedak bergincu dan mengenakan kerudung segi empat.
Berangkatlah kami ke kantor. Aku membonceng suamiku. Kebetulan sekolah tempatku mengajar dilewati suamiku. Kantornya lebih jauh. Di kota kabupaten tetangga.
"Pagi Ibu," sapa Yola gadis centil lincah. Dia menyapa sambil mengangsurkan tangan mengajak bersalaman. "Pagi Yola". Jawabku sambil bersalaman dengannya. Dia cium tanganku.
"Hem!". "Ya Bu", dua orang anak berlarisn ke arahku. Hemdi dan Agil. "Ini biskuit oleh-oleh kondangan kemarin, makan sama teman-temanmu tu". "Terima kasih Bu". Mereka berlari gembira menemu teman-temannya sambil bawa biskuit kelapa.
Kebahagian kecilku pagi ini.
Sigaluh, 8 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H