Tiada hari tanpa berulah. Di kelas 2 B, yang letaknya di pojok belakang, Fendi pembuat onar. Ada saja tingkahnya. Terlambat masuk kelas, menjawab jika dinasihati guru, ke luar kelas saat pembelajaran berlangsung.
Kami mendapat undangan untuk menghadiri pernikahan anak dari pengurus komite sekolah. Letak rumahnya di Kaliglagah, dukuh yang ada di bawah bukit, di pinggir Sungai Mrawu.Â
Kami para guru ke sana dengan naik seklon mobil bak terbuka. Awalnya jalan masih normal, lebar dan bisa dilewati dengan mudah. Sesampai di ujung desa Gumingsir, mulailah uji nyali. Awalnya kami masih happy, sibuk memvideo pemandangan ysng indah. "Ya Allah viewnya luar biasa". "Sangat indah". Kami bersahut-sahutan takjub dengan panorama. Berangkatnya aman. Walau pun, jalan pas saja dengan mobil. Roda mobil limit di bahu jalan.
Sampai di sana, kami disambut dengan ramah. Banyak muridku yang ikut menyambut jadi among tamu. Mereka memanggilku dengan antusias, "Bu Atut". "Bu Atut, apa kabar?"
Ajakan bersalaman pun terus saja, bahkan juga diajak foto bersama.
Perjalanan pulang, kami pun naik lagi ke bak terbuka yang disupiri Mas Bekti yg juga dulu muridku saat SMP.
Awalnya lancar, namun tiba-tiba mobil oleng. Rodanya yang sebelah kanan turun ke selokan. Serentak ibu-ibu menjerit takut. Mobil pun berhenti, kami turun satu persatu.
Setelah susah payah, bisa juga mobil kembali ke jalan. Beberapa saat berjalan, selip lagi. Roda kembali turun ke selokan.
"Allahu akbar". "Allahu akbar"
Antara was was, takut, membuatku ingat pada Sang Pencipta.
Kami pun yang sudah ketakutan, memilih jalan kaki walau pun jalan menanjak. Di kanan kiri jalan pohon salak.