B. Merancang situasi permasalahan yang sesuai
Situasi permasalahan diambil dari permasalahan yang membingungkan dan membangkitkan keingintahuan siswa, karenanya dapat melibatkan inkuiri mereka. Situasi permasalahan yang baik harus memenuhi beberapa kriteria penting. Pertama, situasi tersebut harus autentik, artinya masalah yang dipelajari yakni dari pengalaman nyata siswa dan bukan dari prinsip-prinsip akademis tertentu, seperti cara menangani polusi di kota merupakan salah satu contoh dari masalah nyata. Sedangkan prinsip akademis (ilmiah) dalam biologi yaitu seperti efek-efek sinar matahari pada gizi.
Kedua, masalah harus didefinisikan dengan kurang sempurna dan memunculkan sensasi misteri atau kebingungan. Pertanyaan yang menyebabkan ketidaksesuaian dengan pemikiran siswa merupakan sebuah motivator yang kuat untuk menyelidiki dan memiliki dampak yang besar pada pembelajaan. Situasi yang membingungkan dapat membuat suatu dialog atau debat.
Ketiga, masalah harus bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka.
Keempat, masalah harus cukup luas untuk memungkinkan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, namun hal tersebut memiliki kendala karena keterbatasan waktu, ruang, dan sumber daya.
Contoh dalam situasi PBL di setiap kelas memiliki perbedaan hal yang dibahas, seperi dalam pelajaran sains di tingkat sekolah dasar siswa mempelajari, menyelidiki bagaimana pola cuaca mempengaruhi cara hidup orang? Sedangkan di tingkat sekolah menengah yang dibahas permasalahan yang lebih menganalisis dari di tingkat sekolah dasar yakni factor-faktor apa yang berdampak pada pemanasan global? Apakah pemanasan global berbahaya untuk kehidupan di bumi?
2. Melaksanakan pelajaran PBL
Berikut tahap dalam pelaksanaan PBL:
Tahap 1 : mengarahkan siswa kepada masalah. Hal yang dilakukan oleh guru yakni meninjau ulang tujuan pelajaran, menjabarkan persyaratan logistic yang penting dan memberikan motivasi kepada siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
Tahap 2 : mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendifinisikan dan menyusun tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan sesuai dengan tingkat belajarnya. Guru dapat membagi siswa dalam beberapa tim belajar atau bisa juga dengan metode pembelajaran kooperatif. (bisa dilihat artikel ssebelumnya yang sudah saya tulis tentang pembelajaran kooperatif)
Tahap 3 : membantu penelitian mandiri dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang mendukung dengan permasalahan, melakukan eksperimen, serta mencari penjelasan dengan solusi. Kebanyakan situasi berbasis masalah melibatkan pengumpulan data, eksperimen, pengembanagan hipotesis, serta analisi solusi.
Tahap 4 : mengembangkan dan menyajikan artefak dan benda pajang. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan artefak yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka membagikan pekerjaan mereka dengan orang lain.
Tahap 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan permasalahan. guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Baik, itulah beberapa materi singkat mengenai pengajaran berbasis masalah (problem-based learning)Â