Mohon tunggu...
Pia0283
Pia0283 Mohon Tunggu... Guru - Belajar sepanjang masa

Long life learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Lebih Dekat Metode Montessori

28 Oktober 2021   14:57 Diperbarui: 28 Oktober 2021   15:03 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Montessori adalah pendekatan belajar yang berpusat pada anak dimana mereka belajar melalui eksplorasi dan proses menemukan, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Banyak orang yang berasumsi bahwa metode Montessori berimplikasi dengan biaya yang mahal karena memerlukan media belajar yang mahal. Perlu dipahami bahwa Montessori bukan hanya sebatas material/media belajar yang mahal dan siswa bebas melakukan apa saja.

Ada 3 hal yang harus dipahami terkait Montessori yaitu:

1. Filosofi

Filosofi Montessori berdasar pada memahami anak secara utuh. Anak memiliki pola perkembangan yang sangat tergantung pada daya serap dan masa sensitive dalam diri mereka. Maria Montessori penggagas metode Montesosri menyatakann bahwa saat seorang anak dilahirkan mereka belum memiliki memori atau kerangka berpikir. Usia 0-6 tahun adalah waktu yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak karena anak akan tumbuh dari pembelajar yang tidak sadar menjadi pembelajar yang sadar

Pada usia 0-3 tahun anak akan menyerap segala sesuatu dari lingkungan sekitarnya dengan secara tidak sadar. Dan pada usia 3 tahun anak sudah mulai memiliki kepribadian sehingga pada usia tersebut anak mulai belajar secara sadar melalui lingkungan. Kesan dan interaksi yang diperoleh anak dari lingkungan tidak hanya masuk ke dalam pikirannya namun dibentuknya

Usia 0-6 tahun juga merupakan periode sensitif, karena pada periode tersebut anak akan mengalami proses mengurutkan, berjalan, mengenali object, berbahasa, mengenal fungsi indera dan tertarik dengan interaksi sosial. Periode sensitif adalah periode tertentu dalam kehidupan anak ketika mereka menyerap suatu karakteristik dari lingkungan mereka dengan mengesampingkan yang lainnya. Bila periode sensitif tersebut berlalu maka tidak akan dapat kembali seperti sedia kala, anak akan tetap dapat berkembang namun akan menemui kesulitan. Kita harus mengoptimalkan periode sensitif dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

2. Lingkungan

Dalam metode Montessori, lingkungan dirancang untuk mendukung anak dapat melakukan pembelajaran secara mandiri, melakukan eksplorasi, bertanggung jawab dan berinteraksi sosial. Anak bebas melakukan berbagai aktifitas yang diminatinya, bebas bergerak dan berinteraksi dengan teman dalam kondisi yang tertib dan bertanggung jawab. Ada 6 komponen penting terkait lingkungan belajar yaitu:

  1. Kebebasan : Siswa bebas untuk memilih, bermain dengan media yang diminatinya, bebas bergerak dan bebas berinteraksi. Semua kebebasan tersebut dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan prosedur yang sudah diarahkan guru (fasilitator).
  2. Struktur & Berurutan : Lingkungan belajar belajar disusun secara terstruktur dan berurutan.
  3. Alami : Media belajar terbuat dari bahan alami untuk memperkuat interaksi anak dengan alam dan memenuhi standar kemanan dan keselamatan anak.
  4. Perkembangan kehidupan masyarakat : Lingkungan dikondisikan agar anak belajar hidup dalam miniatur masyarakat di kelas dimana siswa bebas bekomunikasi dan berinteraksi dengan teman-temannya.
  5. Media Belajar Montessori : Media belajar Montessori didesain secara khusus untuk menarik perhatian dan rasa ingin tahu anak; memuat gradasi dari segi warna, tekstur dan bentuk; memiliki pengendali kesalahan dimana anak dapat mengetahui sendiri setiap kesalahan yang dilakukan sehingga dengan sendirinya anak tahu jika mereka melakukan kesalahan;  memungkinkan anak melakukan secara mandiri (auto-education) dan kontekstual dengan lingkungan kehidupan siswa
  6. Suasana & keindahan : Lingkungan kelas dibuat sedemikian rupa untuk menciptakan suasana yang nyaman, aman, asri dan indah. Dengan menyertakan beberapa tumbuhan dan hewan sebagai media belajar sehingga anak memiliki energi positif untuk belajar

Keenam lingkungan belajar tersebut harus dipenuhi untuk menciptakan lingkungan belajar (kelas) yang mendukung metode Montessori.

3. Guru

Pada metode Montessori guru tidak bertugas sebagai pengajar tetapi lebih kepada fasilitator yang mengenalkan anak kepada berbagai media belajar dan mengarahkan mereka untuk dapat belajar dari media tersebut serta mengamati anak selama beraktifitas di dalam kelas. Guru berperan sebagai katalis yang mengaktifkan hubungan anak dengan lingkungan belajar (kelas). Guru harus memahami filosofi dan perkembangan anak dengan baik sehingga dapat berkomunikasi dengan anak secara efektif untuk dapat membantu anak mengoptimalkan potensinya. Menjadi penting bagi guru untuk terus melakukan pengembangan diri agar dapat memainkan perannya sebagai katalis.

Model kelas Montessori, sumber: teaching-treasure.art/preschool/
Model kelas Montessori, sumber: teaching-treasure.art/preschool/

 Bila kita perhatikan penjabaran sekilas dari metode Montessori, sangat nampak bahwa fokus dari metode ini adalah menciptakan sebuah lingkungan yang dapat menstimulasi kegiatan belajar secara mandiri sehingga siswa terlatih membuat keputusan, dapat berkomunikasi, berkolaborasi dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara mandiri. Bila dari kecil mereka sudah dilatih untuk memiliki ketrampilan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat saat mereka memasuki usia dewasa. Karena semua ketrampilan tersebut merupakan bagian dari karakter yang diperlukan pada abad 21.

Mengenai asumsi bahwa metode Montessori mahal, menurut penulis hal tersebut relatif dan dapat disiasati dengan memberdayakan Usaha Mikro Kecil & Menengah dalam pengadaan media belajar yang alami dan memenuhi standar keamanan dan keselamatan siswa. Dan bukanlah suatu hal yang rugi ketika kita berinvestasi untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik bagi sang buah hati. Seperti pepatah "If you pay peanuts, you get monkeys" yang maknanya kita akan mendapatkan apa yang kita bayar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun