Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Yatim Piatu

20 Mei 2024   14:00 Diperbarui: 20 Mei 2024   18:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Di manapun kaki melangkah, jangan tinggalkan iman dalam diri. Jangan lupakan nasihat kebaikan pada diri. Apapun yang kita miliki taklah dibawa sampai mati. Selain amal kebaikan diri sendiri."

Perjalanan pergi dan pulang sekolah kutempuh dengan berjalan kaki, terkadang naik sepeda jika sedang tidak rusak karena ban-nya bocor. Prinsip hidup yang lurus yang diajarkan Ayah tak menjadikan aku anak yang manja. Selain bersekolah, aku memiliki kegiatan yaitu bekerja di toko baju. Penghasilan yang lumayan dalam bekerja sampai pulang pukul 22.00 WIB dan dijemput oleh Ayah. Ayah memiliki usaha tukang tempel ban di teras gubuk kecil kami.

Syukurku tak pernah henti dalam hidup. Sepeninggal ibuku tercinta di usiaku yang masih belia, menjadikan kehidupan awal kami sangat merosot dan jauh dari kata layak. Tapi Allah memberi bantuan dari segala macam sisi. Ayah bisa memiliki modal lagi untuk membuka bengkel kecilnya dan aku bisa sekolah lagi. Ada saja bantuan yang mengalir untuk kami melalui tangan-tangan dermawan keluarga ibu di kampung ( Sumatra Barat ).

Suatu hari, aku dikejutkan dengan suara panci terjatuh di dapur. Aku masih belajar dan mengerjakan tugas saat itu, sekitar pukul 21.10 WIB. Aku bergegas ke dapur, ku lihat Ayah mengerang sakit. Tapi aku tidak melihat Ayah di sana. Ah... kembali ku telusuri sisi bagian dapur.

Deg.

Ayah sudah mulai tak kuat menahan sakit. Ayah tersiram air panas sekujur tubuhnya. Kulitnya melepuh di sana sini. Aku bingung bagaimana cara mengangkatnya.

"Da, siram air dingin Nak..." kata ayah pelan sekali

Aku mengangguk sambil menangis. Aku berlari membawa ember dan mengisi air dari kamar mandi.

Byurrr, Byurrrr.

Pelan sekali ku siramkan di tubuh ayah. Balik lagi mengambil air sampai 4 ember. Ayah mulai lemas. Aku segera berlari meminta bantuan.

Kang Maman penjual bakso keliling yang lewat, kumintai bantuan. Alhamdulillah kang Maman, Pak Ujang depan rumah dan beberapa orang warga membantu Ayah ke rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun