Tiga tahun yang lalu dunia diguncangkan oleh sebuah virus mematikan. Tepat pada 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO) mengumumkan kedaruratan global akan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan menyatakannya sebagai pandemi. Â Berdasarkan data WHO, Coronavirus atau SARS-CoV-2 pertama kali ditemukan di China dengan kasus pertama ditemukan di pasar ikan Wuhan, China. Sebab penyebaran melaju dengan cepat secara tidak terkendali, maka dalam kurun waktu yang singkat Covid-19 berhasil menyerang hampir seluruh negara di dunia.Â
Sebagai bentuk penanganan akan virus tersebut, pada akhir bulan Maret 2020 lebih dari 100 negara di seluruh dunia menerapkan kebijakan lockdown (BBC, 2020). Lockdown merupakan pembatasan, pemutusan, penutupan akses masuk maupun akses keluar di sebuah area. Maksud dari kebijakan ini ialah untuk memotong rantai penyebaran Covid-19.
Kebijakan lockdown mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara secara signifikan, sebab dampak dari kebijakan ini banyak pekerja yang secara terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), menurunnya aktivitas ekspor, diterapkannya travel ban, sehingga menyebabkan penurunan angka pendapatan negara. Dikutip dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam artikelnya yang berjudul "Pengaruh Covid-19 Atas Kondisi Sosial Ekonomi Global 2020" mengatakan bahwa China pertama kali sejak tahun 1992 mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, yaitu pada triwulan I tahun 2020 mengalami kontraksi ekonomi negatif 6,8%.Â
Sebagai negara produsen terbesar di dunia, China sangat bergantung pada ekspor dan perdagangan internasional untuk menjaga pertumbuhan ekonominya. Dampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada awal tahun 2020, membuat keadaan ekonomi global menjadi sulit dan menurunkan permintaan pasar. Namun, China berhasil memulihkan ekonominya dengan cepat melalui strategi perdagangan internasional yang efektif.
- Ekspor dan Impor
China memperkuat ekspor dan impor sebagai strategi utama untuk memulihkan ekonominya. Pemerintah China meluncurkan berbagai program insentif dan kemudahan bagi perusahaan untuk mengembangkan perdagangan internasional.Â
Selain itu, China juga membangun kemitraan dengan negara-negara lain untuk meningkatkan perdagangan internasional dengan cara menandatangani berbagai kesepakatan perdagangan bebas, termasuk ASEAN-China Free Trade Area, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), serta Belt and Road Initiative (BRI). Kemitraan ini membuka akses pasar yang lebih luas dan memperkuat posisi China sebagai negara eksportir terbesar di dunia.
- Penjualan Online
Pandemi Covid-19 telah memaksa banyak orang untuk berbelanja secara online. Selain itu, pandemi juga memicu perubahan perilaku konsumen, termasuk kekhawatiran tentang ketidakamanan berbelanja di tempat umum. China memanfaatkan hal ini dengan meningkatkan penjualan online melalui platform e-commerce terbesarnya, Alibaba. Semasa pandemi, Alibaba berhasil meraih rekor penjualan hingga Rp759 Triliun dalam acara belanja tahunan singles day 11.11 tahun 2020 (CNN, 2020). . Hal tersebut menggambarkan peningkatan secara drastis di bidang penjualan online selama pandemi Covid-19.Â
Fenomena ini tentu berdampak pada perusahaan-perusahaan China lainnya, yang berpeluang untuk memasarkan produknya secara global dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini, tidak hanya memperkuat posisi China sebagai negara yang kompetitif di industri e-commerce, tetapi juga sebagai pemain global yang dapat memanfaatkan peluang dan tantangan yang dihadapi di tengah pandemi. Oleh karena itu, peningkatan penjualan online dapat menjadi pemicu untuk memperkuat sektor ekonomi China dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi global.
- Investasi Asing
Investasi asing memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara. China sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, memahami betul pentingnya investasi asing sebagai salah satu strategi dalam memperkuat perekonomiannya. Pemerintah China memberikan kemudahan bagi investor asing untuk berinvestasi di China dengan memberikan insentif dan menurunkan batas minimum investasi. Kebijakan ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat posisi China sebagai pusat perdagangan internasional.Â
Dengan semakin banyaknya investasi asing yang masuk, China berhasil mengurangi ketergantungan pada ekonomi domestik dan memperkuat posisinya sebagai negara yang kompetitif di pasar global. Hal ini membawa dampak positif bagi perekonomian China dan masyarakatnya, seperti peningkatan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, serta peningkatan daya saing global. Selain itu, investasi asing juga membawa teknologi baru dan inovasi ke China, yang akan memperkuat sektor industri dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
Menurut Louise Loo, seorang ekonom senior di Oxford Economics  menyatakan bahwa peningkatan perekonomian China didukung dengan adanya kombinasi antara peningkatan kepercayaan konsumen yang stabil disertai dengan pelepasan permintaan tertahan yang masih belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini berarti pemulihan ekonomi yang dipimpin oleh konsumen masih memiliki ruang untuk bergerak (CNN Business, 2023). Terlihat bagaimana pemerintah China terus terus berupaya memperkaya masyarakatnya guna mendorong aktivitas pasar dengan memberikannya ruang.Â