Mohon tunggu...
Siti Amaliah
Siti Amaliah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lambung Mangkurat

Social Addict

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Harmoni Bangsa melalui Pendidikan Multikultural yang Berwawasan Inklusif

21 Juni 2024   13:47 Diperbarui: 21 Juni 2024   13:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

I. PENDAHULUAN

Latar belakang keberagaman budaya di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan populasi mencapai lebih dari 270 juta jiwa ([BPS] Badan Pusat Statistik, 2020). Keberagaman budaya di Indonesia sangatlah kaya dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti, letak geografis yang strategis di antara dua benua, Asia dan Australia, serta dua samudra, Hindia dan Pasifik, menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang menjadi jalur perdagangan dan migrasi sejak dahulu kala (Ricklefs, 2008). Kepulauan Indonesia dihuni oleh lebih dari 300 suku bangsa dengan bahasa daerah yang berbeda-beda. Beberapa suku besar antara lain Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Bugis, Makassar, Dayak, dan Papua (Suryadinata et al., 2016).

Terdapat enam agama besar yang dianut di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, serta kepercayaan lokal yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat (RI, 2021). Pengaruh budaya asing seperti Hindu, Buddha, Islam, Portugis, Belanda, dan Cina turut memperkaya keberagaman budaya Indonesia melalui proses akulturasi dan asimilasi. Kondisi geografis kepulauan yang terpisah oleh lautan menyebabkan setiap wilayah mengembangkan kebudayaan yang unik, seperti dalam hal bahasa, seni, tradisi, kuliner, dan kerajinan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017).

Tantangan dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman

Tantangan dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman di Indonesia merupakan isu yang kompleks dan multidimensi. Salah satu tantangan utama adalah menyeimbangkan pengakuan atas identitas kelompok yang beragam dengan kebutuhan untuk membangun identitas nasional yang inklusif. Perbedaan etnis, agama, dan budaya dapat menjadi sumber kekayaan sekaligus potensi konflik jika tidak dikelola dengan baik. Misalnya, ketimpangan ekonomi dan sosial antar kelompok etnis atau daerah dapat memicu sentimen primordialisme dan separatisme. Selain itu, interpretasi yang sempit atas ajaran agama atau tradisi budaya terkadang dapat menimbulkan intoleransi dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas (Hefner, 2018).

Tantangan lainnya adalah memastikan representasi yang adil dan partisipasi yang setara dari berbagai kelompok dalam proses politik dan pengambilan keputusan. Sistem demokrasi yang masih berkembang di Indonesia terkadang rentan terhadap politisasi identitas yang dapat memecah belah masyarakat. Selain itu, globalisasi dan perkembangan teknologi informasi membawa tantangan baru dalam bentuk penyebaran informasi yang menyesatkan dan ujaran kebencian di media sosial, yang dapat mempertajam perbedaan dan meningkatkan ketegangan antar kelompok. Oleh karena itu, diperlukan upaya berkelanjutan dari pemerintah, masyarakat sipil, dan seluruh elemen bangsa untuk membangun dialog lintas budaya, memperkuat pendidikan multikultural, dan menegakkan hukum secara adil untuk menjaga harmoni dalam keberagaman (Menchik, 2016).

Pentingnya pendidikan multikultural dalam membangun harmoni bangsa

Indonesia, dengan kekayaan budaya dan keberagaman masyarakatnya, menjadikan pendidikan multikultural sebagai pilar penting dalam membangun harmoni bangsa. Pendidikan ini menanamkan pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman budaya, etnis, agama, dan bahasa sejak dini kepada generasi muda. Melalui pendidikan multikultural, peserta didik diajarkan untuk Memahami dan menghargai perbedaan, Pendidikan multikultural membantu siswa untuk memahami dan menerima perbedaan budaya, etnis, agama, dan bahasa. Hal ini penting untuk membangun rasa saling menghormati dan toleransi antar kelompok masyarakat. Mengembangkan keterampilan komunikasi antarbudaya, Pendidikan multikultural membekali siswa dengan keterampilan komunikasi antarbudaya yang efektif (Widiatmaka et al., 2022).

Keterampilan ini penting untuk membangun hubungan yang positif dengan orang lain dari berbagai latar belakang. Menyadari prasangka dan diskriminasi, Pendidikan multikultural membantu siswa untuk menyadari prasangka dan diskriminasi yang ada di masyarakat. Kesadaran ini penting untuk melawan prasangka dan diskriminasi dan membangun masyarakat yang lebih adil dan setara. Menyelesaikan konflik secara damai, Pendidikan multikultural membekali siswa dengan keterampilan untuk menyelesaikan konflik secara damai. Keterampilan ini penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai. Dengan menerapkan pendidikan multikultural, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang toleran, saling menghargai, dan mampu hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang majemuk (Ambarudin, 2016).

II. PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun