Mohon tunggu...
Siti Aisyah Putri Cendani
Siti Aisyah Putri Cendani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Kimia Universitas Diponegoro

Minat pada pertanian dan makanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bukan di Desa Penari, Mahasiswi KKN UNDIP Adakan Sosialisasi Pemberdayaan Perempuan di Kelurahan Sindurjan

10 Agustus 2022   15:43 Diperbarui: 10 Agustus 2022   15:50 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Purworejo, 18 Juli 2022--Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, Stella Hita Arawinda, melaksanakan program kerja monodisiplin berbasis Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia poin ke-5 tentangKesetaraan Gender. Bertajuk "Sosialisasi Pemberdayaan Perempuan: Anti Kekerasan Berbasis Gender", program ini dilaksanakan di dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dengan target siswa-siswi kelas X hingga XII. Adapun SMK yang menjadi wadah sosialisasi adalah SMK Negeri 3 Purworejo dan SMK Kartini Purworejo yang keduanya berada di daerah Kelurahan Sindurjan, Purworejo, lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari mahasiswi yang bersangkutan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Menurut Yayasan Pulih, kekerasan berbasis gender (KBG) adalahistilah yang memayungi setiap perilaku membahayakan yang dilakukan terhadap seseorang berdasarkan aspek sosial termasuk gender yang dilekatkan oleh masyarakat yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Di dalamnya juga termasuk segala perilaku yang mengakibatkan penderitaan fisik, seksual, atau mental, ancaman akan melakukan suatu perbuatan membahayakan, pemaksaan, dan atauperilaku lain yang membatasi kebebasan seseorang. 

Memang siapapun sejatinya bisa menjadi korban KBG, termasuk laki-laki atau kelompok minoritas seksual.Namun, dalam konteks KBG kekerasan terhadap perempuan jauh lebih banyak terjadi. Selama lima tahun terakhir data dari Komnas Perempuan mencatat bahwa ada berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan(KtP) tidak jauh berbeda, yaitu 36% untuk kekerasan psikis dan 33% untuk kekerasan seksual, disusul kekerasan fisik sebanyak 18% dan terakhir adalah kekerasan ekonomi sebesar 13%. 

Sementara itu, selama tahun 2015-2021 terjadi fluktuasi data pelaporan kekerasan di dunia pendidikan. Dari laporan tersebut, di Perguruan Tinggi (PT) menempati urutan pertama yaitu 35%kemudian disusul pesantren atau pendidikan berbasis Agama Islam yang menempati urutan kedua atau 16%, selanjutnya di sekolah SMA/SMK terdapat 15%.

Dilaksanakan selama tiga hari dari Senin, 18 Agustus 2022 hingga Rabu, 20 Agustus 2022, sosialisasi ini diikuti sekitar 375 siswa dan siswi SMK. Sosialisasi dilakukan Stella dengan cara masuk ke kelas-kelas pada saat jam pembelajaran yang sudah disepakati dengan pihak sekolah kemudian diisi dengan pemaparan materi "Lah, Emang Harus???" yang lebih menekankan pada penguatan karakter tiap siswa-siswi agar tidak terjatuh akibat stigma diskriminatif berbasis gender yang dikatakan oleh masyarakat. Sebagai pemantik, Stella juga menggunakan tokoh-tokoh dari film Disney seperti Mulan (Mulan, 1998), Elsa (Frozen, 2013), dan Merida (Brave, 2012) yang memang merupakan independent woman yang kisah-kisahnya pun mengenai perlawanan terhadap stigma diskriminatif terutama bagi perempuan.
Stella juga menggunakan contoh film lokal yang sedang naik daun dalam satu tahun belakangan, yaitu Yuni (2021) dan Penyalin Cahaya (2021). Ia menceritakan bagaimana perempuan di Indonesia sangat rentan terkena diskriminasi dan juga pengekangan kebebasan dalam berekspresi maupun dalam memilih jalan hidupnya. Meskipun ditekankan pada hal pemberdayaan perempuan, namun Stella juga menekankan sosialisasi ini untuk pihak laki-laki. Diketahui, SMKN 3 dan SMK Kartini Purworejo memiliki mayoritas siswi perempuan. Hal tersebut membuat siswa laki-laki kerap menghadapi pertanyaan-pertanyaan diskriminatif mengenai pilihannya bersekolah di kedua SMK tersebut. Dari situ, Stella kemudian turut memperkuat siswa-siswa disitu untuk tidak terpengaruh dengan apa yang dilontarkan oleh masyarakat yang cenderung mendiskriminasi.
Pada akhirsosialisasi, Stella mengadakan game bertajuk "Spread Love Not Hate" untuk menekankan bahwa sebaiknya apa yang dikatakan ke orang lain adalah hal-hal baik saja yang tidak berpotensi menyakiti ataupun bertendensi ke arah diskriminasi. Hal itu sebagai simulasi dan langkah kecil namun nyata untuk mengurangi angka kasus kekerasan berbasis gender di Kabupaten Purworejo.

Penulis: Stella Hita Arawinda (FH UNDIP 11000119140192)
DPL: Arifa Rachma Febriyani, S.I.Kom., M.I.Kom.
Lokasi KKN: Kelurahan Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun