Ngomongin kampanye pilpres di media sosial tuh kaya lagi ngobrolin gimana cara kita berpolitik pakai ponsel atau komputer. Nah, literasi digital, atau kemampuan kita dalam baca dan paham informasi di dunia online, itu penting banget, lho! Jadi, gimana literasi digital bisa bantu kita hadapi dan pahami kampanye pilpres di media sosial?
Kalau kita lihat di dunia media sosial, Facebook sering jadi bintang utamanya. Di sana, para calon politik bisa nyebarkan pesan kampanye, bikin acara, dan ngobrol langsung sama kita, para pemilih. Ada juga iklan yang bisa diarahkan ke kita berdasarkan minat kita. Jadi, strategi kampanye di media sosial ini sering banget pakai cara-cara kayak gitu.
Keuntungan kampanye di media sosial itu kayak bisa nyampe ke banyak orang dengan lebih gampang, dan lebih hemat biaya. Tapi, ada juga masalahnya. Informasi bohong bisa cepet banget menyebar, opini jadi terpolarisasi, dan suasana politik bisa jadi ga sehat. Nah, literasi media digital ini bisa bantu kita jadi lebih pintar dalam milih informasi, bisa bedain yang bener sama yang bohong.
Ada dua masalah etika yang sering muncul dalam kampanye pilpres di media sosial, yaitu penyebaran informasi bohong dan privasi data. Nah, literasi media digital bisa bantu kita buat lebih pintar dalam ngehadapi masalah ini. Kita jadi bisa lebih mudah kenali berita palsu dan lebih paham soal hak kita terhadap data pribadi kita.
Jadi, intinya, kampanye pilpres di media sosial tuh kayak dunia politik yang pindah ke internet. Literasi media digital itu kaya senjata buat kita bisa baca informasi dengan bijak dan bisa hadapi tantangan etika yang muncul. Etika ini penting buat pastiin proses politik tetap jalan dengan baik dan sesuai prinsip-prinsip demokrasi.
Siti Aisyah - Mahasiswa Prodi Komunikasi PJJ Universitas Siber AsiaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H