Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah kesehatan utama di dunia dan di Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PTM menyebabkan sekitar 71% dari total kematian di dunia, dengan sebagian besar kasus terjadi di negara-negara  berkembang. Penyakit tidak menular utama seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik masih sangat tinggi di Indonesia (Wahidin et al., 2023). Faktor risiko perilaku memainkan peran penting dalam perkembangan PTM pada masyarakat (Susanti et al., 2023). Perilaku yang tidak sehat, seperti pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol, dapat meningkatkan risiko terjadinya PTM pada masyarakat. Pola makan yang tinggi lemak, gula, dan garam, telah terbukti berhubungan dengan obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang mencakup meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, serta merokok dan alkohol. Selain itu, aktivitas fisik dan gaya hidup yang kurang aktif juga dapat menyebabkan kelebihan berat badan, peningkatan tekanan darah, dan penyakit lainnya (Kemenkes, 2019). Oleh karena itu masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan terutama melalui pendidikan kesehatan dan juga kesadaran untuk mengurangi risiko PTM.Â
Pendidikan kesehatan merupakan langkah awal yang penting dalam mengatasi PTM, Pendidikan kesehatan adalah tentang memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan kepada individu dan masyarakat serta memberikan keterampilan agar individu dapat menerapkan perilaku sehat secara sukarela, pendidikan ini untuk membantu individu dan masyarakat meningkatkan kesehatan mereka, dengan meningkatkan  pengetahuan atau mempengaruhi sikap mereka (Sumampouw et al., 2023). Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat melalui penyuluhan terkait menerapkan perilaku CERDIK yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress (Kemenkes, 2018). Perilaku CERDIK ini dianjurkan dilakukan setiap hari sebagai pola hidup sehat oleh individu yang sehat dan beresiko menderita penyakit tidak menular agar dapat mencegah atau mengurangi risiko penyakit tidak menular.
Pertama, Cek kesehatan secara berkala ini dilakukan minimal satu kali dalam sebulan. Pendidikan kesehatan harus menekankan bahwa pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat membantu mendeteksi penyakit sejak dini dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Melalui kampanye kesehatan dan penyuluhan, masyarakat dapat lebih memahami manfaat pemeriksaan rutin, seperti cek tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol, serta bagaimana hasil pemeriksaan ini dapat memandu keputusan gaya hidup yang lebih sehat.Â
Kedua Enyahkan asap rokok, karena asap rokok mengandung sekitar 7.000 bahan kimia berbahaya, seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, dan benzena. Jika terpapar secara terus-menerus, asap rokok bisa menyebabkan kerusakan sel dan jaringan tubuh serta menimbulkan masalah kesehatan bagi siapa pun yang menghirupnya. Apabila seseorang merokok, didalam sel darah merah dapat mengikat hemoglobin yang mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen dan terjadi peningkatan kompensasi pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan darah. Pada seseorang dengan riwayat DM, merokok akan mempertebal plasma dinding pembuluh darah dan menyebabkan komplikasi kardiovaskular. Perilaku merokok perlu dihindari untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi akibat PTM (Setyowati & Pratama, 2024), Maka dari itu Program pendidikan kesehatan sangat penting untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya merokok dan manfaat berhenti merokok. Dukungan komunitas, seperti kelompok berhenti merokok dan kebijakan anti rokok di lingkungan publik, dapat membantu individu yang berusaha mengatasi kebiasaan merokok.Â
Ketiga Rajin aktivitas fisik, ini dilakukan selama minimal 30 menit sehari atau 150 menit setiap minggunya, aktivitas fisik yang dapat dilakukan sehari-hari, seperti menyapu, mengepel, naik turun tangga, jalan kaki, peregangan, senam, bersepeda, dll. Ini dapat membantu menjaga berat badan ideal, meningkatkan kesehatan jantung, dan mengurangi berbagai risiko PTM (Ramadhani et al., 2022). Untuk mendapatkan hasil dari aktivitas fisik yang lebih maksimal direkomendasikan untuk melakukannya dengan prinsip BBTT yaitu Baik, Benar, Terukur, dan Teratur. Baik adalah melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya, benar adalah aktivitas yang dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan atau peregangan, terukur adalah aktivitas fisik yang diukur intensitas dan juga waktunya, dan yang terakhir adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali dalam seminggu.
Keempat Diet seimbang dilakukan dengan mengurangi lemak, gula, garam, mengonsumsi sayuran serta buah-buahan, lauk-pauk tinggi protein. Diet yang seimbang dilakukan individu untuk mengontrol serta mengendalikan riwayat PTM (Kementerian Kesehatan RI, 2016).Â
Kelima Istirahat yang cukup, dengan tidur adalah salah satu istirahat terbaik bagi tubuh yang dapat mengembalikan energi, sehingga seseorang siap menjalankan aktivitas pada keesokan harinya, tidur dapat dilakukan minimal 7-8 jam perhari, Tidur yang cukup memungkinkan tubuh melakukan proses pemulihan dan regenerasi sel, menjaga kesehatan jantung, serta meningkatkan kesehatan mental dan emosional. Istirahat tidur yang kurang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Damayanti et al., 2022). Pendidikan kesehatan tentang pentingnya istirahat yang cukup dan cara meningkatkan kualitas tidur, seperti menjaga rutinitas tidur yang konsisten dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, sangat penting untuk mengurangi risiko PTM dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.Â
Terakhir Kelola stress dengan baik, stress diakibatkan kondisi kelelahan fisik dan emosional, dalam waktu yang lama dan situasi yang menuntut emosional (Nursucita & Handayani, 2021). Stress yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang teknik-teknik manajemen stres yang efektif, seperti meditasi, olahraga teratur, relaksasi, dan dukungan sosial. Mengelola stres juga melibatkan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta mengembangkan keterampilan koping yang sehat, dengan manajemen stress ini masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup mereka, mengurangi risiko PTM, dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan.Â
Maka dari itu, Peran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan komunitas melalui pendidikan kesehatan berbasis CERDIK dan peningkatan kesadaran sangatlah penting dalam upaya pencegahan penyakit tidak menular (PTM). Dukungan dari perawat komunitas, yang berperan sebagai pendidik dan fasilitator, sangat penting dalam menyampaikan informasi ini dan mengorganisir program kesehatan yang relevan. Dengan kolaborasi yang efektif antara berbagai pemangku kepentingan dan komitmen bersama untuk mengedukasi serta memberdayakan masyarakat, dan juga dapat mengurangi prevalensi PTM, meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan komunitas yang lebih sehat dan berdaya. Integrasi CERDIK dalam strategi kesehatan komunitas tidak hanya menekankan pencegahan tetapi juga mempromosikan kesejahteraan holistik yang berdampak positif bagi semua anggota masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H