Adapun tiga macam metode penyelesaian konflik yang paling banyak dimanfaatkan, yaitu:
- Dominasi dan penekanan: Dominasi dan penekanana adalah suatu hal yang pada kenyataannya sama namun memiliki beberapa perbedaan dalam pemanfaatannya. Adapun persamaan nya sebagai berikut:
- Mereka menekan konflik dan bukan menyelesaikannnya, karena konflik yang muncul ke permukaan kembali ditekan ke "bawah".
- Mereka menciptakan suatu situasi "menang-kalah"di manapihak yang kalah terpaksa mengalah terhadap pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi, atau memiliki kekuasaan lebih besar, dan biasanya menyebabkan timbulnya sikap tidak puas dan bermusuhan.
- Penekanan dan dominasi dapat terjadi melaui cara "memaksa" yaitu apabila orang yang memiliki otoritas menyatakan "jangan banyak cakap, saya pemimpin di sini dan saudara harus melaksanakannya sesuai dengan kehendak saya", maka semua argumentasi "tamat sudah".Cara menekan konflik secara otoriter dapat menyebabkan timbulnya sikap deskruptif (merusak) seperti hanya sikap menurut tetapi dengan "perasaan panas".
- Meratakan (Smoothing): Perataan adalah suatu cara dalam penyelesaiakn konfik dengan meratakan kepada  pemimpin antara satu sub budang dengan sub bidang lainnya yang melakukan konflik, maka seorang pemimpin dalam menyelesaikan konflik berdasar pada menyamakan pemerataan antara sub bidang yang ada, sehingga setiap sub bidang yang ada, memiliki jabatan yang sama sehingga memiliki kesempatan yang sama dalam melakukan kerja, sehingga konflik yang ada tidak berbicara tentang alur jabatan tinggi dan rendah, sehingga yang tinggi tidak menyepelekan yang rendah dan begitupun sebaliknya.Â
Meratakan merupakan sebuah cara lebih diplomatik untuk menyelesaikan konflik di mana sang manajer meminimasi tingkat dan pentingnya ketidaksepakatan dan ia mencoba membujuk salah satu pihak untuk "mengalah".
Andaikata sang manajer tersebut mempunyai lebih banyak imformasi dibandingkan dengan pihak-pihak yang berkonflik, dan ia mengajukan suatu saran yang dapat diterima, maka metode tersebut dapat menjadi efektif. Olehnya itu, seorang pemimpin tidak boleh berada dalam satu pihak yang satu dan harus menjadi penengah antara pihak yang konflik..
- Menghindari (Avoidance): Suatu kelompok yang sedang bersengketa mendatangi manajer mereka untuk mencapai suatu keputusan tentang persoalan yang dihadapi, tetapi sang manajer tersebut tidak menunjukkan sikap tertentu, mak kiranya tidak ada pihak yang puas dengan situasi tersebut. Pura-pura tidak tahu adalah merupakan cara untuk menghindari. Hal ini sama dengan .mengulur atau menudan-nunda dalam penyelesaian konflik yang ada.
- Suara Terbanyak (Majority Rule): Berupaya menyelesaiakn konflik dengan suara terbanyak dapat merupakan cara yang efektif, andaikata para anggota-anggota kelompok yang ada menganggapnya sebagai cara yang layak. Tetapi, apabila kelompok tertentu terus-menerus menang dengan suara terbanyak, maka pihak yang terus-menerus kalah akan merasa frustasi dan tidak berdaya.
- Kompromis: Melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya menyelesaikan konflik dengan meyakinkan masing-masing pihak dalam perundingan bahwa mereka perlu mengirbankan sasaran tertentu, agar dapat dicapai sasaran lain. Dalam sudut pandangan kompromis merupakan sebuah metode penyelesaian konflik yang lemah, karena ia biasanya tidak menyebabkan timbulnya suatu pemecahan yang paling baik membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya. Bentuk-bentuk kompromis mencakup:
- Pemisahan (Separasi): dimana pihak yang beretentangan satu sama lain dipisahkan sampai mereka mencapai suatu persetujuan.
- Arbitrase : cara dimana pihak yang berkonflik menerima penilaian pihak ketiga yang biasanya muncul dalam figur sang manajer.
- Settling by change: di mana kejadian acak tertentu seperti melempar mata uang logam dimanfaatkan untuk mennetukan hasil.
- Resort to Rules: cara yang berpedoman pada buku/peraturan yang berlaku.
- Bribing: di mana pihak  tertentu menerima imbalan tertentu sebagai pertukaran untuk mengakhiri konflik yang berlangsung. Pemecahan problem integratif
- Konflik intrakelompok dialihkan menjadi suatu situasi pemecahan masalah bersama, yang dapat diselesaikan melalui penerapan teknik pemecahan masalah.sehingga pihak yang berkonflik bersama-sama mencoba memecahkan masalah yang muncul antara mereka.Â
Ada tiga macam tipe penyelesaian konflik secara integratif:
- Konsensus: pihak-pihak yang berkonflik bertemu untuk mencari pemecahan masalah terbaik untuk maslah yang dihadapi, dan mereka tidak berupaya mencapai kemenangan masing-masing untuk pihak mereka sendiri.
- Konfrontasi: pihak-pihak yang berkonflik, menyatakan pandangan mereka secara langsung kepada masing-masing pihak.
- Superordinat: dapat pula dimanfaatkan sebagai sebuah metode penyelesaian konflik, karena ia mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bersengketa dari tujuan-tujuan mereka sendiri yang saling bersaingan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H