Mohon tunggu...
Siti Aisyah S.Pd M.Pd.
Siti Aisyah S.Pd M.Pd. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Literasi, Seorang Pengajar di Kampus Swasta, Menjadi Abdi Desa, Ibu rumah Tangga dan Pegiat Literasi dengan CItati Google schoolar, dan Penulis Artikel Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pena Pereda Kesepianku 'Dikala Waktu Itu' Part 13: Kehidupan Selanjutnya

8 Januari 2024   20:50 Diperbarui: 8 Januari 2024   20:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Part 13

Hari demi hari kulalui, hingga suatu saat Akupun menangis sampai malam harinya, dan pada malam itupun aku tidak pernah keluar dari kamar, tidak ada suatu makananpun yang masuk kedalam perut ini.  Semua masalah ini membuatku kenyang. aku hanya tertegun meratapi nasibku ini, jika aku ingin kuliah maka aku harus minta tolong kepada siapa, aku malu jika untuk meminta bantuan lagi kepada guruku yang dulu bersusah payah untuk mendaftarkanku di universitas terbaik itu.

Sungguh besar keinginan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tapi lebih berat lagi rasanya untuk melangkahkan kaki ke sana, butuh perjuangan dan pengorbanan hati yang tak kalah beratnya. ketika ku memiliki niat untuk itu, tapi semakin terasa berat beban ini, sungguh aku tidak sanggup menanggung beban seperti ini, aku butuh seseorang yang bisa memberi semangat untuk melangkahkan kakiku ke arah yang lebih baik, seseorang yang mau menunjukkan jalan keluar, dari semua ini, dan menuntunku ke jalan untuk memulai kembali menjejaki dunia pendidikan yang sebenarnya. aku butuh mereka, tapi aku tidak tahu siapa mereka, dan aku tidak tahu harus kemana.

Aku harus kemana? 

Aku harus minta tolong sama siapa?” ungkapku kepada diri ini sendiri. 

Aku tak tahu harus bagaimana. Akhirnya seseorang memberiku solusi untuk mencari teman yang dekat dari kampung untuk meminta bantuannya. Dan aku pun tanpa basa-basi langsung meminta bantuan kepada adikku untuk mengantarkanku kerumahnya, apalah daya diri ini tidak bisa naik motor, tapi alangkah jeleknya, ketika ku memintanya untuk mengantarku malah dia menolak, walaupun itu sebenarnya dia bercanda. 

Tapi inilah aku, siat yang sebenarnya hanya bisa minta tolong 1 kali, dan jika pertama itu aku di tolak, maka aku tidak akan mengiyakan lagi jika dia mau mengajakku kembali. sungguh sifat yang tak patut di contoh..
Tapi entah, keegoisan ini, mulai meredah karena keinginan orang tua yang memaksaku ke rumah teman untuk membantuku mengurus semua keperluanku untuk melanjutkan kuliah.

Akupun bergegas ke rumah teman, yang letaknya tidak jauh dari rumah, hanya berselang 2 km jaraknya. Sesampainya dirumahnya aku langsung memeluknya dan dia pun langsung memelukku, aku bersandar menangis di bahunya bagaikan seorang anak yang meminta pertolongan kepada seorang ibu, dari kejahatan yang ada diluar. Dan Bagai seorang ibu yang menyelimuti anaknya karena tidak ingin satupun nyamuk menusuk kedalam tubuhnya yang mungil itu.

Semakin lama pelukan itu, hingga air mata ini tidak tertahankan lagi menetes ke bahunya. Sadar akan hal itu, diapun dengan lagatnya yang selalu ceria menangis tapi tetap berusaha untuk menyemangatiku dengan lagak tawanya dan kelakuannya yang agak konyol di depanku, berusaha untuk membuatku bicara.

Ini adalah pertama kalinya, seseorang berusaha membuatku tertawa dengan logak tersendirinya. Ternyata selama ini masih ada yang peduli terhadapku. Ternyata memang dia tahu tentang diriku yang berhenti kuliah karena sakit, tapi tidak tahu akan penyakit yang kuderita selama ini ternyata berat. Dan alasannya pula yang sempat ia je;askan adalah karena kesibukan kuliah yang dia tempuh membuatnya tidak bisa untuk menjengukku.

Aku rindu padamu, uni” ungkapku padanya. Diapun kembali memelukku dan berkata “aku rindu juga dirimu yang selalu merengek kepadaku, disaat kau da masalah, dasar anak konyol (panggilan sayangnya terhadaku” Aku menceritakan alasanku untuk kerumahnya, bahwa aku minta tolong kepadanya untuk membantuku mengurus semua persiapan untuk lanjut kuliah, tapi belum tahu harus melanjutkan kuliah dimana,, jurusan apa, dan prodi apa., hal ini lagi yang membutku bingung,  akan tetapi dia menolak untuk membantuku, entah dengan alasan apa dia menolak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun